Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan data beras yang akurat terletak pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS).
Itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan Syukur Iwantoro dalam paparan pencapaian empat tahun Jokowi-JK di Gedung Kementan, Rabu (24/10/2018).
Baca Juga
"Satu-satunya sumber data yang jadi referensi itu BPS. Jadi kami tidak pernah keluarkan data produksi pertanian berdasarkan sumber BPS. Jadi dengan adanya perubahan ini kami mengacu ke BPS," tutur Syukur.
Advertisement
Dia menekankan, Kementan hanya akan berfokus menjaga ketersediaan beras. Terutama bagaimana menciptakan kecukupan pangan di masyarakat.
"Kementan fokus menanam supaya menuju kecukuan pangan untuk populasi yang terus meningkat terpenuhi. Jangan dianggap remeh, peningkatan populasi kita itu dua kalinya Singapura. Dan populasi ini akan naik terus, kami harus penuhi kebutuhan," jelasnya.
Syukur mengungkapkan, untuk tahun 2018 sendiri, Kementan mengalokasikan 85 persen dari total anggaran sebesar Rp 22,65 triliun.
Itu guna memenuhi kebutuhan petani untuk peningkatan produksi seperti belanja sarana dan prasarana pertanian. Kementan bahkan tercatat mengalokasikan anggaran sebesar Rp 5,5 triliun untuk kepentingan bibit dan benih bagi petani.
Adapun sektor pertanian Indonesia menunjukan trend positif dalam rentang waktu 2014-2018. Indikator perbaikan itu dilihat dari pemeringkatan Global Food Security Index (GFSI) atau Indeks Ketahanan Pangan Global.
Peringkat GFSI di 2018 ini, Indonesia menduduki peringkat 65 dari 113 negara yang dinilai. Capaian itu meningkat dimana RI pada tahun 2014 berada di posisi ke-72.
Strategi Kementan Jaga Produksi Beras di Tengah Berkurangnya Lahan Pertanian
Pemerintah memastikan terus berupaya menjaga produksi beras di tengah konversi lahan pertanian. Salah satu upaya Kementerian Pertanian adalah dengan menghasilkan berbagai varietas padi dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
"Salah satu kontribusi kita untuk bisa mencukupi kebutuhan beras itu adalah varietas. Kita pertumbuhan penduduk kita meningkat, sekarang sudah 250 juta yang harus diberikan makan," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Mohamad Ismail Wahab di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (24/10/2018).
Menurut dia, sejauh ini upaya tersebut mampu menjaga produksi beras meskipun konversi dari lahan pertanian menjadi non pertanian mencapai 100 ribu hektar per tahun.
"Konversi lahan sawah menjadi bukan lahan pertanian sudah makin banyak. sudah 100 ribu hektar per tahun. Nggak usah jauh-jauh. Tol udah berapa artinya sawah-sawah kita tidak memproduksi. Kenapa itu masih bisa karena varietas yang tidak tahan kita ganti dengan yang baru yang lebih tahan," jelas dia.
"Selama ini Alhamdulillah produksi masih tidak masalah. Yang jelas data stok yang ada di Bulog masih 2,4 juta ton," imbuhnya.
Selain menjaga produksi beras, kemunculan berbagai varietas padi yang dihasilkan juga turut memperbaiki kualitas padi yang ditanam oleh petani.
"Karena hanya dengan varietas saja, teknologi yang menurut saya sederhana karena petani tidak perlu menambah biaya usaha taninya hanya mengganti saja. Dengan harga yang sama dia dapatkan yang lebih bagus," tandasnya.
Â
Advertisement