Perang Dagang Bikin Ubin Keramik China Banjiri Indonesia

Berlakunya Kawasan Perdagangan Bebas China-Asean turut meningkatkan impor ubin keramik asal China rata-rata sebesar 20 persen per tahun.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Okt 2018, 18:45 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2018, 18:45 WIB
Pasar Keramik Nasional Mulai Meningkat
Pekerja tengah menata ubin di salah satu toko di Jakarta, Selasa (29/11). Jenis penutup lantai premium tersebut diproduksi secara terbatas dan memiliki pangsa pasar di kalangan atas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) ikut berdampak ke Indonesia. China diketahui mulai mengalihkan produknya ke Indonesia, seperti ubin keramik.

"Tentu, kita kan baru saja selesai menyelidiki safeguard untuk ubin keramik, baru keluar itu. Kita kenakan safeguard BMTP (Bea Masuk Tindakan Pedagang CEK ) selama tiga tahun," ujar dia di Jakarta, Selasa (30/10/2018).

Mardjoko menyebutkan, berlakunya Kawasan Perdagangan Bebas China-Asean (China-Asean Free Trade Area/CAFTA) turut meningkatkan impor ubin keramik asal China rata-rata sebesar 20 persen per tahun.

"Dengan kondisi ini tentu industri dalam negeri menjerit," keluh dia.

Di sisi lain, kebutuhan industri dalam negeri sudah bisa terpenuhi, lantaran kapasitas produksi jauh lebih besar daripada kebutuhan.

"Triwulan pertama 2018, setelah berlakunya CAFTA dimana bea masuk 0 persen meningkat 52 persen. Sementara ini BMTP sudah berlaku per Oktober kita harapkan sudah membendung itu," jelasnya.

Tak hanya di Indonesia, ia menyampaikan, banjir impor keramik China juga turut dirasakan negara lain. Sebab, lanjutnya, selama ini Negeri Tirai Bambu kerap mengekspor produk ubin keramik ke Negeri Paman Sam.

"Kalau ubin keramik saya enggak tahu persis, yang saya tahu persis adalah baja dan alumunium. Baja itu impor utama dari China, setelah Trump naikin bea masuk 25 persen langsung turun drastis," paparnya.

"Saya perkirakan, kalau dijual ke AS mahal dengan tambahan bea masuk. Maka mestinya di lempar ke negara lain, ke Eropa atau ke negara berkembang," dia menambahkan.

Jokowi Ajak Pelaku Usaha Manfaatkan Perang Dagang

Jokowi
Presiden Jokowi memberi pidato saat merayakan Hari Musik Nasional 2017 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pelaku usaha dalam negeri untuk memanfaatkan peluang dari adanya perang dagang untuk meningkatkan ekspor nasional.

Dia menyatakan, perang dagang bukan hanya menimbulkan risiko, tetapi juga mampu menciptakan peluang.

Oleh sebab itu, peluang ini harus dimanfaatkan dengan baik dengan membuka pasar ekspor lebih luas ke negara-negara yang terlibat dalam perang dagang tersebut.

"Saya ingatkan, ada pertarungan, perang dagang, gunakan perang ini ada peluang, gunakan peluang ini untuk masuk ke pasar yang ditinggalkan oleh yang baru berperang. Ini kesempatan. Ini adalah peluang yang bisa dan harus dipergunakan sebaik mungkin," ujar dia di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/10/2018).

Jokowi mengungkapkan, hingga September 2018, nilai ekspor Indonesia telah meningkat 9,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun kenaikan ini dinilai belum cukup.

"Bahwa ekspor Januari-September 2018 berada USD 122 miliar, tumbuh 9,2 persen dibandingkan 2017 yang lalu. Angka seperti ini harus tahu, artinya semakin tahun ekspor kita lebih baik. Pemerintah terus mendorong. Saya belum tahu insentif apa yang bisa diberikan sehingga pabrik, dunia usaha, industri semua terdorong masuk ke pasar ekspor," kata dia.

Oleh sebab itu, Jokowi berharap para pelaku usaha dalam negeri bisa meningkatkan ekspornya dengan memanfaatkan pasar baru seperti kawasan Asia Selatan dan Afrika.

"Terus perlebar pasar nontradisinal, sekarang banyak sekali Asia Selatan, Afrika yang tidak diurus. Saya ingin dubes, ITPC, Konjen, bekerja keras untuk pasar nontradisional, pasar ASEAN sendiri. Ini peluang besar yang tidak pernah kita urus, mulai kita urus dengan baik. Sehingga ekspor kita benar naik, sehingga terjadi surplus neraca perdagangan," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya