Liputan6.com, Beijing - Duta besar China untuk Amerika Serikat (AS), Cui Tiankai, mengatakan Beijing tidak punya pilihan selain menanggapi perang dagang yang dimulai oleh Washington.
"Kami tidak pernah menginginkan perang dagang, tetapi jika seseorang memulai perang melawan kami, maka kami harus menanggapi dan membela kepentingan pribadi," kata Dubes Cui pada program "Fox News Sunday", yang merupakan kemunculan langka sosok bersangkutan di stasiun televisi AS.
Komentar itu datang di tengah meningkatnya ketegangan politik dan ekonomi antara kedua negara, di mana pihak internasional memperingatkan bahwa pertumbuhan global akan terhambat jika perselisihan tidak segera diselesaikan, demikian sebagaimana dikutip dari Time.com pada Senin (15/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Dubes Cui juga sempat dikritik sebagai sosok yang "tidak berdasar" oleh Wakil Presiden AS Mike Pence, ketika membela tudingan bahwa China berupaya mencampuri urusan dalam negeri Washington.
Wapres Pence menggenjot retorika dalam pidato 4 Oktober lalu, mengatakan Beijing telah menciptakan "pendekatan ke dalam sendi pemerintah" untuk mempengaruhi opini publik Amerika, termasuk mata-mata, tarif dagang, tindakan pemaksaan, dan kampanye propaganda.
Komentar di atas merupakan satu dari sedikit komentar paling kritis terhadap China, yang disampaikan oleh pejabat tinggi AS dalam setahun terakhir.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendapat teguran langsung ketika dirinya mengunjungi Beijing beberapa hari lalu, mengkritik tindakan AS yang disebut "benar-benar keluar dari batas".
Teguran keras itu menyusul perang tarif dagang selama berbulan-bulan yang dikenakan oleh Washington dan Beijing, untuk menutupi ratusan miliar dolar ketimpangan perdagangan bilateral versi masing-masing negara.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Dampak Perang Dagang AS-China
Awal pekan ini, Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut konflik perdagangan AS-China berisiko menurunkan prospek pertumbuhan global menjadi 3,7 persen hingga tahun depan. Hal itu berkurang dari 3,9 persen yang diproyeksikan tiga bulan lalu.
Pada penutupan pertemuan tersebut, pejabat keuangan dari beberapa negara, termasuk Jepang dan Brasil, menyerukan kepada negara-negara yang berseteru untuk mencapai kesepakatan komprehensif tentang masalah perdagangan.
"Pesan kami sangat jelas: mempertimbangan kembali dampak ketegangan dua negara," ujar Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dalam sebuah wawancara.
"Sengketa perdagangan menciptakan perairan "berombak" terhadap ekonomi global," lanjutnya.
Pada pertemuan yang sama, para pejabat China menerima dukungan yang tidak biasa dari mantan presiden Meksiko Ernesto Zedillo, menasihati mereka untuk mengikuti contoh yang ditetapkan oleh Meksiko dan Kanada selama baru-baru, yakni tentang negosiasi ulang dengan AS pada Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara.
"Meksiko dan Kanada memperjelas bahwa mereka lebih suka tidak memiliki Nafta daripada memiliki kesepakatan yang diinginkan AS," kata Zedillo. "Jadi saya harap China tidak luput dari pembahasan kedua belah pihak dalam perang dagang."
Advertisement