Situasi Pasar Keuangan Membaik Bikin Rupiah Menguat

Bank Indonesia (BI) menilai penguatan rupiah hingga kembali di bawah level Rp 15.000 per dolar AS akibat membaiknya pasar keuangan di negara berkembang.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Nov 2018, 16:22 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2018, 16:22 WIB
Rupiah Tembus 13.820 per Dolar AS
Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini melemah ke posisi di Rp 13.820. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai penguatan nilai tukar rupiah hingga kembali di bawah level 15.000 per dolar AS akibat membaiknya pasar keuangan di negara berkembang.

"Situasi pasar keuangan di emerging market termasuk Indonesia, dalam dua hari ini, membaik cukup signifikan,” ujar Mirza, seperti dikutip dari laman Antara, Sabtu (3/11/2018).

Ia menuturkan, salah satu pemicu membaiknya situasi di pasar keuangan tersebut adalah ada kemajuan dalam perundingan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang direspons positif oleh para pelaku pasar keuangan.

Selain itu, pemicu lain dari apresiasi rupiah adalah data ekonomi AS terbaru yang tidak menggembirakan sehingga sebabkan dolar AS melemah.

"Data terakhir ini menunjukkan AS sudah mulai kehilangan daya pacunya. Memang masih kencang, tapi daya pacunya tidak sekencang di awal tahun,” kata Mirza.

Menanggapi fenomena penguatan rupiah, Mirza memastikan bank sentral tidak intervensi karena situasi ini terjadi murni akibat pergerakan eksternal. “Itu menguat karena supply and demand," ujar dia.

Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Woori Indonesia, Rully Nova, menuturkan pandangan overweight pada pasar saham Indonesia berdampak positif untuk nilai tukar rupiah.

"Permintaan terhadap rupiah meningkat akibat pandangan itu, dana asing masuk ke pasar keuangan kita, terutama saham,” ujar dia.

Ia menambahkan, pelaku pasar juga sedikit mengabaikan kebijakan the Federal Reserve pada Desember 2018 yang akan kembali menaikkan suku bunga acuan.

Ia menuturkan, pelaku pasar lebih cenderung fokus pada sentimen yang sedang beredar terutama dalam negeri.

Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan, data inflasi Oktober capai 0,28 persen yang naik di atas harapan ekonomi juga menjadi sinyal positif bagi nilai tukar rupiah. "Kenaikan inflasi menunjukkan terjadinya peningkatan konsumsi pada Oktober,” kata dia.

 

Rupiah Perkasa Sambut Akhir Pekan

Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat menjelang akhir pekan ini. Bahkan rupiah kembali tembus level 14.995 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 1,14 persen ke posisi 14.995 per dolar AS pada Jumat 2 November 2018.

Pada pembukaan, rupiah menguat 0,2 persen dari posisi 15.127 per dolar AS pada penutupan Kamis 1 November 2018 ke posisi 15.087 per dolar AS.

Sepanjang Jumat pekan ini, rupiah bergerak di posisi 14.955 per dolar AS. Rupiah sudah melemah 10,33 persen sepanjang tahun berjalan 2018.

Berdasarkan data RTI, rupiah bergerak di posisi 14.981 per dolar AS pada pukul 22.07 WIB. Sementara itu, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.089 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.195 per dolar AS.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya