Liputan6.com, Pekalongan Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) mengunjungi Batik Syukestex, salah satu pelaku UKM yang bergerak di bidang manufacturing dan trading batik. Kunjungan dilakukan ke kantor pusat di Jalan Yudha Bhakti Nomor 159 A Medono dan tempat produksi di Jalan Desa Watusalam Gang 1 Rt.13 Rw.07 Buaran, Pekalongan, Jawa Tengah.
Syukestex telah menjadi mitra LPDB-KUMKM sejak 2013 dengan mendapat pinjaman dana bergulir sebesar Rp 1 Miliar untuk jangka waktu 48 bulan. Tatu Nurhasanah, Direktur Pemasaran Syukestex, mengatakan bahwa dirinya mengajukan pinjaman dana bergulir ke LPDB-KUMKM karena lembaga ini menerapkan bunga yang lebih rendah dibandingkan bank atau lembaga keuangan lain.
Advertisement
Suku bunga di LPDB meliputi program nawacita--pertanian, perikanan, perkebunan--4,5 persen, sektor riil--KUMKM sektor manufaktur, kerajinan, industri kreatif--5 persen, simpan pinjam--koperasi simpan pinjam, LKB, LKBB dan BLUD--7 persen, serta pembiayaan syariah, yaitu bagi hasil maksimal 60:40 untuk KSPPS/USPPS, LKB Syariah, dan LKBB Syariah.
Advertisement
Ke depannya, Syukestex berencana mengajukan permohonan pinjaman kedua untuk meningkatkan lagi hasil produksinya yang saat ini hanya mencapai 8-9 ribu kodi per bulan. Mereka juga ingin menambah mesin produksi yang akan dibeli dari Bandung, Jawa Barat. Mesin ini untuk mendukung tujuh mesin sudah ada sebelumnya, yaitu steamer, curing, washing, drying, stenter, mesin setrika, boilersteam, dan boiler oil.
Dengan begitu, Tatu berharap bisa memenuhi permintaan pasar yang sudah menjadi langganannya.
“Nanti mau beli mesin second dari Bandung 1 unit harganya kira-kira Rp 1,5 miliar. Kalau barunya bisa seharga Rp 10 miliar itupun harus beli dari luar, bisa dari China, Jepang, Korea, maupun Jerman,” ujarnya.
Tatu pun mendorong LPDB-KUMKM lebih meningkatkan perannya dalam memberikan pinjaman/ pembiayaan dana bergulir kepada pelaku usaha seperti Syukestex. Menurutnya, pemberian pinjaman dana kepada industri padat karya dapat memberikan efek yang positif.
Misalnya, dalam rangka peningkatan produktifitas tentu secara otomatis akan menambah tenaga kerja. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemerintah dalam membantu permodalan UMKM, khususnya melalui LPDB-KUMKM.
Ekspor batik
Syukestex memproduksi segala macam batik, baik jenis printing maupun non-printing. Juga menyediakan busana bermotif batik dengan stok yang cukup banyak.
Selama ini, batik produksinya 70 persen diekspor di antaranya ke Tanzania, Kenya, Somalia, Senegal, Pantai Gading, Mali, Ethiopia, Djibouti, Dubai, serta Jeddah Arab Saudi. Sementara itu, 30 persen menyasar pasar domestik, seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan, Sumatera ,dan DKI Jakarta.
Hal tersebut tak terlepas dari perkembangan batik yang sudah menjelma menjadi bagian dari fesyen modern. Terlebih lagi, batik telah diresmikan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya yang diakui dunia.
Orang pun sekarang berbondong-bondong menggunakan batik. Bahkan, kini batik tak hanya dipakai sebagai motif untuk pakaian, tapi juga seprei, tas, sarung, dan bantal. Hal ini menunjukkan bahwa batik semakin digemari oleh masyarakat.
“Pangsa pasar kami ada. Kalau produktivitas kami terus berusaha meningkatkan. Namun untuk permudah lagi kalau bisa kami difasilitasi untuk mengikuti pameran luar negeri. Selama ini kami berusaha sendiri, sehingga bisa tembus pasar Afrika,” ucap Idawati, Direktur Keuangan Syukestex.
Untuk menjaga pelanggannya, ia berupaya tetap menjaga kuantitas dan kualitas batik yang dihasilkan. Juga menyesuaikan motif batik dengan selera pasar. Hal ini yang membuat hubungan bisnis antara Syukestex, terutama dengan buyer luar negeri dari kawasan Afrika tetap terjaga sampai sekarang.
Walaupun begitu, Idawati tidak membantah ada kendala yang dihadapi dalam menjalankan bisnisnya.
“Kendala ada seperti permodalan, apalagi kalau ada permintaan banyak otomatis harus produksi banyak. Jadi Alhamdulillah dibantu LPDB, sehingga meringankan. Alhamdulillah kami masih eksis walaupun kalau dilihat persaingan makin ketat, tetapi berkat kreativitas bersama membuat usaha ini terus berjalan, cuma ya itu tetap saja kami butuh sentuhan dari pemerintah,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama LPDB-KUMKM, Braman Setyo, mengatakan bahwa LPDB-KUMKM akan mendukung pembiayaan UKM berorientasi ekspor yang ada di tanah air. Dalam hal ini, dirinya mengapresiasi kompetensi UKM yang sudah mampu menembus pasar ekspor.
“Intinya kalau memang dibutuhkan pembiayaan dari LPDB, kami akan siap support pelaku-pelaku UKM yang berorientasi ekspor,” ujar Braman.
Terkait nasabah repeater, ia mengatakan tetap akan memenuhi permohonan pinjaman yang diajukan.
“Saya kira tidak masalah kalau repeater itu diulang-ulang kembali, tapi nanti akan ada batasannya misalnya sampai tiga kali dan kalau sudah mendekati tiga kali mereka harus pindah ke bank dan sebagainya,” ucap Braman.
(Adv)