Gubernur NTT Tak Masalah Turis Urung ke Pulau Komodo Gara-Gara Tiket USD 500

Dengan kenaikan tiket masuk USD 500, total penerimaan yang diperoleh Taman Nasional Komodo dari 100 ribu turis per tahun bisa menembus USD 50 juta.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 11 Des 2018, 18:44 WIB
Diterbitkan 11 Des 2018, 18:44 WIB
Gubernur NTT Viktor Laiskodat. Istimewa
Gubernur NTT Viktor Laiskodat. Istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) berencana menaikkan harga tiket masuk ke Pulau Komodo sebesar USD 500 bagi turis asing dan USD 100 untuk wisatawan domestik. 

Langkah ini mengundang banyak reaksi dari berbagai kalangan. Dikhawatirkan harga tiket yang mahal akan membuat para pengunjung berpikir dua kali untuk mendatangi Taman Nasional Komodo.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur NTT Viktor Laiskodat mengaku tak masalah jika para turis urung datang ke Pulau Komodo gara-gara kenaikan harga tiket.

"Kalau tak ada yang datang, itu bagus buat Komodo. Kami harus intervensi, kalau diserahkan ke provinsi untuk kami kelola. Kami intervensi Rp 200-300 miliar itu untuk dibangun dan menjaga Komodo agar tak punah," kata Viktor di Kupang, NTT, Selasa (11/12/2018).

Dia menegaskan, tarif masuk ke Pulau Komodo tersebut yang bakal diterapkan Pemprov NTT tidak begitu mahal jika dibandingkan dengan Bhutan yang menetapkan tarif USD 250 per hari bagi turis yang datang. Para turis pun diwajibkan untuk tinggal minimal 10 hari. Artinya turis asing perlu mengeuarkan dana USD 2.500 untuk bisa masuk Bhutan. 

Sekadar informasi, saat ini tiket masuk ke Pulau Komodo berdasarkan Peraturan Pemerintah No 12 Tahun 2014 dan Keputusan Dirjen PHKA Nomor: SK.133/IV-SET/2014 sebesar Rp 150.000 untuk wisatawan mancanegara dan Rp 5.000 untuk wisatawan domestik. Harga tersebut berlaku untuk per orang per hari.

Untuk itu, lanjut Victor, wajar jika harga tiket masuk ke Pulau Komodo dinaikkan. Apalagi Komodo merupakan satu-satunya hewan purba di dunia yang hanya ada di Pulau Komodo dan Pulau Rinca.

Dia juga menjelaskan, dengan kenaikan tiket masuk USD 500, total penerimaan yang diperoleh Taman Nasional Komodo dari 100 ribu turis per tahun bisa menembus USD 50 juta. Dengan dana itu, maka komodo bisa hidup dengan layak sehingga terhindar dari kepunahan.

"Rantai makanannya tersedia dengan baik. rusanya banyak, kijangnya banyak, kerbaunya, babinya banyak, dan rantai makanan lainnya juga banyak. Hutannya dikembalikan jadi sangat baik, liar. Itu tidak murah. karena membangun hutan, membangun kembali coral yang rusak dan tempat sampah," ungkapnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tidak Menghargai

Menikmati Eksotisme Pemandangan Alam Pulau Rinca
Perahu wisatawan ditambatkan pada sebuah teluk di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT, Minggu (14/10). Pulau Rinca berada di sebelah barat Pulau Flores dan dipisahkan oleh Selat Molo. (Merdeka.com/Arie basuki)

Viktor juga menilai orang-orang yang mempermasalahkan kenaikan tarif tiket USD 500 tidak menghargai dan menjaga komodo dari kepunahan.

"Orang yang komplain USD 500 itu adalah orang yang tak menghargai, dia tak pernah membuat agar berlangsung sustain komodo agar bisa dilihat anak cucunya. Komodo bisa saja punah dari dunia, kalau tak diurus dengan benar. Sebagai gubernur, saya tak ingin agar kebijakan yang keliru itu membuat sesuatu yang sangat bernilai di dunia hilang," paparnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya