Kementan Akan Sulap Rawa Jadi Lahan Pertanian

Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus menindaklanjuti program gerakan Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi).

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Des 2018, 11:30 WIB
Diterbitkan 16 Des 2018, 11:30 WIB
Harga Gabah Kering Turun
Petani memanen padi varietas Ciherang di areal persawahan Desa Ciwaru, Sukabumi, Sabtu (23/6). Petani mengeluhkan harga gabah kering panen saat ini Rp 488 ribu/kwintal dibanding tahun lalu yang menembus Rp 600 ribu/kwintal. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus menindaklanjuti program gerakan Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi).

Sebagai upaya awal, ia menuturkan, sebanyak 400 ribu hektare rawa di enam provinsi yakni Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Tengah, bakal dimanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif.

"Hal ini dilakukan untuk mendorong kesejahteraan petani berbasis koperasi yang dikoorporasikan melalui Serasi," ujar Amran dalam keterangan tertulis, Minggu (16/12/2018).

Dia menyampaikan, pemanfaatan lahan rawa menjadi pertanian akan terintegrasi dengan peternakan, perkebunan dan persawahan. Amran mengatakan, Serasi akan dikerjakan bersinergi dengan lembaga pemerintahan lainnya.

"Guna mendukung capaian yang baik terkait pemanfaatan rawa untuk pertanian, maka juga didukung dengan pengembangan mekanisasi serta teknologi," lanjutnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengungkapkan, seluas 200 hektare lahan rawa lebak bakal dikembangkan dibawah pengawasan 50 tenaga harian lepas yang melakukan fungsi teknis.

"Pengelolaan semuanya dilakukan dengan teknologi mutakhir. Kendala kondisi tanah seperi masam, PH kurang, kini bukan lagi masalah," ujar Syukur

Menurut Syukur, seluas 7,9 juta hektare lahan rawa yang ditumbuhi semak belukar berpotensi menjadi kawasan pertanian. "Selain itu, masih ada 2 juta hektare lahan rawa bokor siap direvitaliasi jadi area pertanian," tambah dia.

 

Kementan Klaim Cetak 215 Ribu Ha Lahan Baru

Harga Gabah Kering Turun
Petani memanen padi varietas Ciherang di areal persawahan Desa Ciwaru, Sukabumi, Sabtu (23/6). Petani mengeluhkan harga gabah kering panen saat ini Rp 488 ribu/kwintal dibanding tahun lalu yang menembus Rp 600 ribu/kwintal. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menambah luasan lahan persawahan. Hal ini guna meningkatkan produksi beras nasional menuju ketahanan pangan dan mengatasi permasalahan alih fungsi lahan.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Pending Dadih Permana mengatakan, selama 4 tahun ini Kementan telah mencetak 215.811 ha lahan baru yang berjalan sejak 2015. Lahan tersebut dipastikan sudah memberi hasil yang cukup baik.

"Sudah menghasilkan 20.070 hektare (ha) lahan pertanian, kemudian tahun 2016 menghasilkan 129.096 ha dan tahun 2017 seluas 60.243 ha," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu 8 Desember 2018.

Sedangkan pada sektor optimasi lahan rawa, konversi lahan rawa pada 2016 mencapai luasan 3.999 ha, pada 2017 seluas 3.529 ha dan pada pada 2018 telah terealisasi seluas 16.400 ha.

Sementara itu, Pengamat Pertanian Luthfi Fatah menilai, masalah penyusutan lahan sawah harus diimbangi dengan data yang valid dan akurat. Sebab jika tidak, akan menimbulkan kerancuan soal produksi pangan, khususnya beras.

"Saya tidak sependapat jika program sawahnisasi yang dibangun pemerintah itu dikatakan gagal. Kan banyak program yang sudah dicapai seperti peningkatan produksi dan kita tidak impor," kata‎ dia.

Menurut dia, untuk mengatasi masalah menyusutnya lahan pertanian, pemerintah saat ini tengah menyusun payung hukum dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) terkait hal tersebut. Payung hukum tersebut diharapkan segara selesai agar ke depan potensi alih fungsi lahan bisa dicegah.

‎"Kerangka Sampel Area (KSA) yang selama ini jadi acuan BPS dalam menghitung luas baku lahan sawah, harus diimbangi dengan sumber daya manusia yang mumpuni dan mengerti cara pengendaliannya," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya