Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengantongi laba bersih sebesar Rp 4,08 triliun sepanjang kuartal I 2019.
Angka itu naik 11,5 persen secara Year on Year (YoY) dari periode sama pada tahun sebelumnya, yakni sebanyak Rp 3,66 triliun.
Peningkatan laba ini turut ditopang oleh tumbuhnya pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) dan juga pendapatan non bunga (Fee Based Income/FBI).
Advertisement
Baca Juga
Menurut data yang dikeluarkan BNI, bank pelat merah ini mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 521,35 triliun, atau tumbuh 17,6 persen YoY dari Rp 439,46 triliun pada Maret 2018.
Kenaikan ini mendorong pendapatan bunga (Interest income) meningkat 12,1 persen, sehingga NII juga tumbuh 4,3 persen dari Rp 8,50 triliun menjadi Rp 8,86 triliun.
Kualitas kredit BNI terus menunjukkan perbaikan, yang ditandai oleh rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang terjaga pada level 1,9 persen.
Dengan perbaikan kualitas kredit tersebut, BNI mampu menurunkan credit cost dari 1,7 persen pada Maret 2018 menjadi 1,3 persen pada Maret 2019.
Sementara itu, coverage ratio juga masih meningkat dari 148 persen pada akhir Maret 2018 menjadi 153,1 persen pada Maret 2019 untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset di masa mendatang.
Di tengah ketatnya likuiditas pada industri perbankan yang tercermin dengan Loan to Deposit (LDR) sebesar 94 persen per Januari 2019, BNI mampu menjaga rasio LDR pada level 91,3 persen pada Maret 2019. Kondisi likuiditas ini dianggap mampu mendukung pertumbuhan kredit bank ke depan.
Kinerja keuangan BNI juga tidak terlepas dari pencapaian kinerja perusahaan-perusahaan anak.
Kontribusi laba anak usaha yakni BNI Syariah, BNI Life, BNI Multifinance, BNI Sekuritas, dan BNI Asset Management pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 37,6 persen YoY, atau sebesar Rp 390,31 miliar. Kontribusi itu setara 10 persen dari total laba bersih perseroan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penyaluran Kredit BNI pada Kuartal I 2019
BNI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 531,35 triliun pada kuartal I 2019, naik 18,6 persen dibanding perolehan pada periode sama di tahun sebelumnya, yakni Rp 439,46 triliun.
Berdasarkan data BNI, pertumbuhan kredit ini didorong oleh penyaluran kredit korporasi swasta yang meningkat 23,3 persen YoY, dari Rp 132,67 triliun menjadi Rp 163,61 triliun.
Kredit yang disalurkan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga tumbuh 26,7 persen YoY dari Rp 83,41 triliun menjadi Rp 105,72 triliun.
Kedua segmen ini berkontribusi sebesar 51,7 persen terhadap total kredit BNI, dengan pembiayaan pada sektor-sektor unggulan, terutama sektor manufaktur dan infrastruktur.
Penyaluran kredit ke sektor manufaktur meningkat 17,5 persen YoY, sementara infrastruktur tumbuh 10,3 persen YoY.
Di samping pembiayaan kepada segmen korporasi, penyaluran kredit segmen medium tumbuh 8,4 persen YoY dari Rp 67,08 triliun menjadi Rp 72,72 triliun.
Demikian juga penyaluran kredit segmen kecil yang meningkat 18,5 prsen YoY dari Rp 57,73 triliun menjadi Rp 68,42 triliun, terutama ditopang pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 30,2 persen.
Sebagai salah satu strategi pertumbuhan pada kedua segmen ini, bank pelat merah fokus pada Supply Chain Financing, yakni pemberian kredit kepada institusi-institusi yang memiliki hubungan bisnis dengan debitur segmen korporasi BNI.
Selain ketiga segmen tersebut, pertumbuhan kredit BNI juga ditopang oleh meningkatnya penyaluran kredit konsumer.
BNI Fleksi (Payroll Loan) masih menjadi kontributor utama pertumbuhan segmen konsumer, meningkat 25,0 persen YoY dari Rp 19,07 triliun menjadi Rp 23,85 triliun.
Penyaluran kredit properti (BNI Griya) masih yang terbesar dari aspek komposisi, yakni 51,8 persen dari total kredit konsumer dengan pertumbuhan sebesar 9,4 persen.
Advertisement
DPK
Kemampuan BNI dalam melakukan ekspansi kredit pada tiga bulan pertama tahun ini juga tak terlepas dari dukungan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dan tumbuh 16,8 persen YoY, yakni dari Rp 492,90 triliun menjadi Rp 575,75 triliun.
Pertumbuhan DPK yang berhasil dilakukan pada saat kondisi pasar likuiditas yang sangat ketat dengan rasio dana murah atau CASA dijaga pada level 60,5 persen, ditopang oleh pertumbuhan Giro sebesar 24,2 persen YoY, Tabungan 5,1 persen YoY, dan Deposito 22,5 persen YoY.
Jumlah rekening pada bank ini pun berhasil bertambah, yakni dari 37,6 juta rekening menjadi 44,9 juta rekening. Peningkatan lainnya, Agen46 selaku branchless banking Milik BNI juga tumbuh dari 72 ribu menjadi 117 ribu.