Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak ditutup pada level terendah dalam periode lebih dari satu bulan pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan harga minyak adalah keraguan baru atas kesepakatan perdagangan AS China dan stok minyak di AS yang bisa mencapai level tertinggi dalam 19 bulan.
Mengutip Reuters, Rabu (8/5/2019), harga minyak berjangka Brent turun USD 1,36 atau 1,9 persen menjadi menetap di USD 69,88 per barel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate AS tergelincir 85 sen atau 1,4 persen dan berakhir pada USD 61,40 per barel.
Harga tersebut adalah terendah untuk Brent sejak 4 April dan WTI sejak 29 Maret.
Advertisement
Baca Juga
Harga minyak WTI telah dikalahkan selama beberapa minggu terakhir oleh peningkatan pasokan minyak mentah besar yang tak terduga," jelas Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Chicago, AS.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters, para analis melihat bahwa stok minyak mentah AS telah naik ke level tertinggi sejak September 2017 dan diperkirakan akan menambah 1,2 juta barel.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS diperkirakan akan naik ke level tertinggi sepanjang masa sebesar 12,5 juta barel per hari (bph) pada 2019 dari rekor 11 bph pada 2018.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perang Dagang
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa ia akan menaikkan tarif barang-barang dari China senilai USD 200 miliar dari 10 persen menjadi 25 persen. Komentar itu menyeret pasar saham Asia dan AS.
"Aksi jual di pasar saham telah turun ke pasar minyak hari ini, menunjukkan bahwa investor percaya kemungkinan kesepakatan perdagangan semakin berkurang," kata Rob Thummel, manajer portofolio di Tortoise di Leawood, Kansas, AS.
Di sisi penawaran, pasar minyak tetap tegang karena AS memperketat sanksi terhadap ekspor minyak Iran dan berencana untuk menambah kekuatannya di kawasan pengekspor minyak utama dunia.
Sanksi AS telah mengurangi separuh ekspor minyak mentah Iran selama setahun terakhir menjadi kurang dari 1 juta barel per hari (bph), dengan pengiriman ke pelanggan diperkirakan turun ke level 500.000 bph pada Mei karena sanksi diperketat.
Advertisement
Produksi Arab Saudi
Sekretaris Energi AS Rick Perry mengatakan bahwa Arab Saudi akan meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan yang timbul dari sanksi terhadap Iran.
Bank of America Merrill Lynch mengatakan pihaknya memperkirakan Arab Saudi akan membawa kembali produksi minyak secara perlahan ketika Iran keluar dari pasar. Dengan keseimbangan tersebut maka harga minyak Brent akan di kisaran USD 70 per barel.
Beberapa analis, bagaimanapun, meramalkan pembatasan produksi yang disetujui oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak yang dipimpin Saudi dan produsen lain seperti Rusia akan terus meningkatkan harga.