Jepang Bakal Minta Dukungan Keterbukaan Data Informasi di G20

Dalam pertemuan G20, Jepang ingin ajak negara lain mendukung keterbukaan data informasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Mei 2019, 14:40 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2019, 14:40 WIB
Gaya Mendag Enggartiasto Lukita Saat Pemotretan
Mendag Enggartiasto Lukita saat pemotretan dalam kunjungannya ke Kantor Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta (4/5). Enggartiasto tercatat pernah memegang jabatan antara lain Ketum Real Estate Indonesia (REI), periode 1992-1995. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengadakan pertemuan khusus dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Hiroshige Seko, membahas mengenai masalah sektor perdagangan yang akan dibawa dalam pertemuan tingkat tinggi negara-negara G20 di Osaka, Jepang akhir Juni mendatang.

Salah satunya mengenai multilateral trading system terkait reformasi WTO (World Trade Organization).

"Persiapan nanti dia (Jepang) sebagai tuan rumah dia melobi negara-negara dan meminta dukungan agar mendapatkan sikap yang sama mengenai multilateral trading system mengenai reformasi WTO," ujar Enggartiasto saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (29/5/2019).

Enggartiasto melanjutkan, dalam pertemuan yang digelar bersama 20 negara tersebut, Jepang ingin mengajak negara lain ikut mendukung keterbukaan data informasi yang dikenal dengan nama data free flow with trust.

"Jepang mengharapkan bisa mencapai kesepakatan, secara umum Jepang mengharapkan mendukung sampai menghasilkan satu kesepakatan bersama tingkat menteri. Hal yang Jepang usulan karena ini praksasa Jepang data free flow with trust," ujar dia.

Tawaran tersebut pun telah diskusikan dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Hal itu pun telah disepakati namun dengan beberapa catatan.

"Jadi dari minilogi saja sudah ada perbedaan di berbagai negara. Tetapi kami sudah dengan menkominfo, Indonesia bisa menerima dengan beberapa catatan," ujar Enggartiasto.

Kesepakatan tersebut diperlukan mengingat ketertutupan data di dunia semakin meningkat. "Kita sampaikan dan Jepang bisa melihat, beberapa bahasan data strategis harus di kita. Kita juga sampaikan G20 dalam kesepakatan itu memiliki kesamaan sikap mengenai proteksionisme di dunia semakin meningkat," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Indonesia dan Rusia Bahas Kerja Sama Siber dan Turisme

Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro dan Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Manturov.
Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro dan Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Manturov. Dok: Kementerian PPN/Bappenas

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro bertemu dengan Menteri Industri dan Perdagangan Rusia, Danis Manturov.

Pertemuan keduanya untuk membahas sejumlah kerja sama, antara lain bidang siber, turisme, dan sumber daya alam (SDA).

Menteri Bambang berkata pada tahun 2020-2024, kerja sama potensial Indonesia-Rusia adalah SDA. Ini seperti minyak sawit mentah, batubara, dan gas, kemudian Energi Baru Terbarukan (EBT), penerbangan, dan industri Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO).

"Minyak sawit mentah (CPO), kopra, dan margarin adalah komoditas ekspor utama Indonesia ke Federasi Rusia. Sementara produk setengah jadi dari besi atau baja adalah komoditas impor terbesar Indonesia dari Federasi Rusia," jelas Menteri Bambang, seperti dikutip dalam rilis resminya, Jumat, 24 Mei 2019.

Selain sektor SDA, Rusia juga tertarik pada kerja sama di bidang keamanan siber yang hanya diberikan ke negara mitra terpilih. Rusia juga sangat berminat untuk bekerja sama di bidang kota pintar, shipbuilding, pharmaceuticals.

Pada pertemuan yang berlangsung di rangkaian The Second Stolypin Forum ini, sektor turisme juga ikut disorot Rusia. Hal tersebut mengingat arus wisata warga Rusia ke Indonesia masih jauh tertinggal ketimbang yang pergi ke Thailand.

 


Kerja Sama Lainnya

Menteri Bambang menyebut investasi Rusia yang berkembang di Indonesia di sektor kimia dan farmasi meningkat 423 persen, yakni USD 183.600 pada 2016 menjadi USD 961.000 pada 2018.

Selain itu, sektor manufaktur dalam lima tahun ke depan juga disorot dalam empat fokus. Pertama, meningkatkan produktivitas pekerja manufaktur, yaitu kolaborasi antara publik dan swasta, peningkatan kualitas Technical and Vocational Education and Training (TVET), dan sertifikasi kompetensi dan keterampilan.

Kedua, meningkatkan daya saing ekspor dan partisipasi Global Value Chain (GVC) melalui diversifikasi produk, ekspansi dan pendalaman pasar ekspor, fasilitasi investasi industri hulu dan hilir, (Preferential Tariff Arrangement/Free Trade Agreement/Comprehensive Economic Partnership Agreement) PTA/FTA/CEPA, dan pengadaan pemerintah.

Selanjutnya, yakni memperkuat pilar pertumbuhan manufaktur, melalui layanan keuangan, ekosistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI), ekonomi digital dan industri 4.0, sistem logistik, dan reformasi fiskal.

Keempat, mengoptimalkan permintaan manufaktur potensial, diantaranya dari pariwisata serta dari industri halal dan kesehatan.

 


Pembicara

Stolypin Forum merupakan ajang dialog antara Rusia dan para pakar luar negeri, termasuk tokoh pemerintahan dan komunitas bisnis. 

Menteri Bambang menjadi salah satu pembicara forum bersama tokoh seperti Mantan Perdana Menteri Prancis Francois Fillon dan miliarder Oleg Deripaska asal Rusia.

Secara khusus, Manturov juga ingin mempelajari Visi Indonesia 2045 sehingga dapat memosisikan hubungan Indonesia-Rusia dengan lebih baik lagi di masa depan.

"Penting bagi kami untuk menyelaraskan kebijakan dan pendekatan ekonomi kami, dengan apa yang hendak dicapai Indonesia melalui Visi 2045-nya sehingga Rusia terus menjadi mitra strategis Indonesia," ujar Manturov.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya