RI Suarakan Keterjangkauan dan Keadilan Akses Energi di G20

Indonesia memperkenalkan secara lisan program Greening the Fuel.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Apr 2019, 10:16 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2019, 10:16 WIB
20150812-Pasukan Elite PLN-Jakarta
Ilustrasi sutet listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia menjadikan akses energi menjadi poin perbincangan utama, bagi Delegasi Republik Indonesia (DELRI) dalam Pertemuan ke-2 Energy Transitions Working Group (ETWG) G20, di Toyama, Jepang.

Staf Ahli Menteri Bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda Priaadi selaku Permanent Delegation G20 dari Kementerian ESDM mengatakan, Indonesia berpegang teguh dalam menyuarakan akses energi dengan mempertimbangkan aspek keterjangkauan (affordability) dan keadilan (equity).

Di samping menekankan pentingnya akses energi, Indonesia juga gencar mempromosikan bioenergi dan biofuel agar menjadi bagian dari Energi Baru Terbarukan.

"Setelah kami perjuangankan sejak G20 di Argentina 2018, pesan ini telah mendapat dukungan positif tanpa resistensi dari anggota G20 lain, seperti Brasil, Italia, dan Argentina," kata Yudo, dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/4/2019).

Pada pertemuan ETWG sebelumnya, pada Februari lalu, Indonesia memperkenalkan secara lisan (Non-Paper) program Greening the Fuel. Langkah ini ditempuh sebagai upaya Pemerintah Indonesia mempromosikan bahan bakar ramah lingkungan (green fuel) sebagai salah satu jalan transisi energi, dengan asumsi dasar bahwa target energi terbarukan secara global tidak mampu dicapai tanpa kontribusi biofuel atau green fuel.

Studi International Renewable Energy Agency (IRENA) pada 2018 memprediksi, bioenergi berkontribusi atas seperempat bauran energi global di sektor transportasi pada tahun 2050. Tantangan ini telah dijawab Indonesia sebagai negara pemrakasra di dunia yang telah mengimplementasikan Co-Processing Crude Palm Oil (CPO) menjadi Green Gasoline dan Green Liquified Petroleum Gas (LPG) untuk skala komersial.

 

Selanjutnya

Foto ilustrasi listrik
(Foto: Dokumentasi PLN)

Pada pertemuan ini, forum energi G20 diselenggarakan dalam ETWG yang diselenggarakan secara paralel dengan Environment Senior Officials Meeting (ESOM). ETWG tahun ini mengambil tema utama 3E+S (Energy Security, Economic Efficiency and Environment (3E), dan Safety (S).

Pembahasan dalam ETWG dan ESOM akan diadopsi dalam Ministerial Communique on Energy Transitions and Sustainable Growth sebagai dokumen komitmen yang akan disepakati pada Ministerial Meeting on Energy Transitions and Sustainable Growth di Karuizawa, Jepang pada 15-16 Juni 2019 nanti.

Di tengah tingginya prioritas Jepang pada Inovasi Energi seperti Hidrogen, Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS), dan Well-to-Wheel Analysis, Indonesia tengah menekankan pentingnya acuan pada Sustainable Development Goals (SGDs) khususnya SDG7 dalam Ministerial Communique.

Sebagai informasi, Group-of-Twenty (G20) beranggotakan 20 kelompok negara dengan ekonomi terbesar dunia yang mencakup 85 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, 75 persen volume perdagangan internasional, 81 persen emisi karbon global dari sektor energi, serta 77 persen konsumsi energi global.

Tak kalah pentingnya, keputusan-keputusan dan komitmen-komitmen di G20 menjadi rujukan dan mempengaruhi posisi Indonesia, serta negara-negara G20 lainnya di beragam forum internasional.

Selain membahas isu-isu perekonomian dan keuangan global, G20 memiliki sejumlah forum yang membahas isu-isu strategis lainnya seperti energi, perubahan iklim, ekonomi digital dan lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya