IKEA Tutup Satu-satunya Pabrik di AS, 300 Orang Kehilangan Pekerjaan

IKEA memiliki pabrik atau unit produksi di 24 lokasi di sembilan negara.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Jul 2019, 09:20 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2019, 09:20 WIB
IKEA Buka Toko Pertama di India
Sejumlah pembeli berdiri di luar IKEA saat membuka toko pertamanya di Hyderabad, India, Kamis (9/8). Lebih dari 200 pembeli membentuk antrean dan menunjukkan antusiasme mereka dengan dibukanya furnitur asal Swedia untuk pertama kali. (AP/Mahesh Kumar A.)

Liputan6.com, Jakarta - IKEA akan menutup satu-satunya pabrik yang ada di Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini. Penutupan tersebut membuat kurang lebih 300 orang kehilangan pekerjaan.

Dengan penutupan tersebut, perusahaan asal Swedia ini mengklaim biaya produksi lebih hemat dan memilih untuk membuat produk di Eropa kemudian dikirim ke AS.

Dikutip dari AFP, Rabu (17/7/2019), salah satu perusahaan ritel penjual peralatan rumah tangga terbesar di dunia ini memindahkan produksi mereka ke Eropa karena bahan baku untuk pembuatan furnitur di AS sangat tinggi.

Dengan tingginya harga bahan baku, berbagai barang keperluan rumah tangga yang dirancang dan dibuat di pabrik Danville, Virginia selatan, menjadi lebih mahal.

"Kami melakukan segala upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan daya saing pabrik ini, tetapi sayangnya kondisi biaya yang tepat membuat kami tidak melanjutkan produksi di Danville untuk jangka panjang," kata manajer IKEA Bert Eades.

Pabrik yang dibuka pada 2008 ini memproduksi rak kayu dan unit penyimpanan untuk pasar AS dan Kanada. Pabrik ini akan ditutup pada Desember 2019.

"Kami akan melakukan segala cara dalam beberapa bulan ini untuk mendukung rekan kerja kami mencari pekerjaan baru dan peluang pelatihan," lanjut Eades.

IKEA memiliki pabrik atau unit produksi di 24 lokasi di sembilan negara. Total karyawan yang mereka pekerjakan di 24 pabrik tersebut mencapai 20 ribu pekerja.

Di AS, IKEA akan bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja untuk menyediakan bantuan pencarian kerja bagi para karyawan yang terkena dampak penutupan pabrik ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Punya Harta Berlimpah, Pendiri IKEA Tak Beri Warisan ke Keluarga

Kisah Kesuksesan Bos IKEA, Sang Miliarder Rendah Hati
Hingga saat ini ia mampu memiliki nilai kekayaan fantastis mencapai US$ 39,3 miliar dan menempati posisi orang terkaya dunia ke 10

 Ingvar Kamprad dikenal sebagai pendiri perusahaan furnitur asal Swedia IKEA. Bisnis yang dirintisnya sejak 1943 ini kini mampu menjelma jadi perusahaan yang patut diperhitungkan berkat keluaran produk furniturnya yang keren dan ramah lingkungan.

Kesuksesan IKEA membawa Ingvar Kamprad menjadi salah satu miliarder paling kaya di dunia. Dikutip dari SMH.co.au, Jumat (9/2/2018), Ingvar Kamprad mengendalikan aset perusahaan furnitur sebesar US$ 73,8 miliar atau Rp 11.010 triliun. Meski demikian, saat Kamprad tutup usia di akhir Januari lalu, kekayaan dalam jumlah masif tersebut tidaklah diwariskan ke keluarga. 

Lantas ke mana harta kekayaan IKEA diturunkan?

Aset milik Kamprad ternyata difokuskan pada dua hal yaitu inovasi untuk keberlanjutan IKEA di masa depan. Aset dalam jumlah besar itu juga bakal digunakan untuk memberi bantuan di bidang sosial dan masyarakat.

Kamprad mengatur harta kekayaanya melalui holding company IKEA yaitu the Stichting INGKA Foundation. Lewat perusahaan ini, aset milik miliarder tersebut juga telah diatur jelas pembagianya.

Ingvar Kamprad mulai membangun IKEA sejak usianya sudah menginjak 17 tahun. Kamprad selaku CEO membangun brand IKEA secara konsisten. Pada tahun 2015, Ingvar Kamprad masuk sebagai salah satu orang paling kaya di dunia.

Kisah perjalanan kesuksesan Kamprad hingga mampu membawa IKEA dikenal seperti saat ini cukup bisa membuat kita berdecak kagum. Kamprad telah mendedikasikan hidupnya untuk membangun perusahaan ritel furnitur ini selama lebih dari 70 tahun. Hingga saat ini, kekayaannya diprediksi mencapai sekitar US$ 39,3 miliar sekitar Rp 513 triliun.

Kamprad mampu mencapai kesuksesan dengan terus menetapkan etos kerja pribadi dan profesional dalam setiap inovasi yang ia keluarkan.

Pria yang lahir di Swedia pada 1926 ini memang memiliki bakat bisnis sejak kecil. Saat usianya masih menginjak 5 tahun, ia sudah berjualan tiket pertandingan untuk mendapat pemasukan pribadi.

Menginjak usia 10 tahun, Kampard kecil memulai berjualan pernak-pernik musim libur kepada tetangga dekat rumahnya.

Di usia 17 tahun, Kamprad mendapatkan uang dari ayahnya sebagai hadiah karena mampu mendapat nilai bagus di sekolah. Ia pun menggunakan uang tersebut untuk mendirikan IKEA di tahun 1943. Ia tidak memperkenalkan bisnis yang ia jalani tersebut hingga usahanya menginjak usia 5 tahun.

Merintis IKEA

IKEA
Eket kabinet IKEA. (dok. IKEA Indonesia)

Pada awalnya, Kamprad hanya berjualan furnitur sederhana, seperti bingkai foto. Namun semakin lama, bisnisnya pun berkembang sangat signifikan. Nama IKEA sendiri ia ambil dari akronim namanya, Ingvar (I) Kampard (K) serta nama desa dan keluarga tempat ia dilahirkan, Elmtaryd (E) dan Agunnaryd (A).

Pada 1956, Kamprad melakukan inovasi dalam dunia perbelanjaan furnitur dengan memperkenalkan metode ‘flatpacking’. Metode ini memperbolehkan konsumen untuk membeli furnitur secara satuan, sehingga mampu mendesain sendiri interior yang diinginkan.

Menurut penulis terkenal Malcolm Gladwell, Kamprad merupakan manusia yang hebat. Ia mampu mengkombinasikan kesadaran, keterbukaan, dan ketidaksukaan yang ia miliki sehingga mampu membuatnya innovator ulung seperti sekarang ini.

Kamprad mulai memindahkan markas IKEA dari Swedia ke Denmark pada 1973. Namun, perusahaannya kini sudah memiliki markas besar di Belanda.

Selain bidang furnitur, Kampard juga melebarkan bisnisnya di dunia makanan dengan mendirikan IKEA Food Service. Pada 2015,  IKEA Food Service mampu menyumbang US$ 1,7 miliar pendapatan.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya