Rilis Milenesia Cash Fund, Narada Targetkan 1.000 Investor Milenial

Untuk berinvestasi melalui reksa dana pasar uang ini, investor tidak harus mengeluarkan kocek yang besar.

oleh Bawono Yadika diperbarui 22 Jul 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2019, 19:00 WIB
Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Narada Asset Management meluncurkan Narada 'Milenesia Cash Fund' yakni produk reksa dana pasar uang. Dari produk ini perusahaan menargetkan dapat membidik minimal 1.000 nasabah dalam waktu satu bulan.

"Kita tidak menargetkan volume untuk produk pasar uang, tapi minimal 1.000 investor dalam waktu satu bulan, caranya edukasi kerjasama dengan SGE atau keliling kampus misalnya," tutur Chief Marketing Officer Narada Asset Managent, Anie Puspitasari di Jakarta, Senin (22/7/2019).

Menurutnya, produk reksa dana pasar uang sangat sesuai bagi investor pemula yang belum pernah melakukan investasi dan menjadi yang paling tepat jika ingin berinvestasi dalam waktu jangka pendek.

Menariknya untuk berinvestasi melalui reksa dana pasar uang ini, investor tidak harus mengeluarkan kocek yang besar, dapat dimulai dengan jumlah yang kecil yakni Rp 10.000.

"Tidak ada perbedaan return mulai dengan jumlah yang kecil atau besar. Reksa dana pasar uang juga sangat fleksibel dimana dana dapat diambil sewaktu-waktu tanpa ada tenor atau jangka waktu," ujarnya.

Selain itu, reksa dana pasar uang diklaim memiliki tingkat risiko paling rendah dibanding dengan jenis reksa dana lainnya, namun tetap memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding dengan deposito.

"Reksa dana pasar uang bukan merupakan objek pajak sehingga tidak ada pemotongan biaya," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ada Fintech, Transaksi Reksa Dana via Online Capai Rp 5 Triliun

IHSG
Pekerja melintas di bawah layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat transaksi reksa dana via daring atau online telah mencapai Rp5 triliun.

Deputi Direktur Pengelolaan Investasi OJK, Halim Haryono mengatakan, prestasi itu dikerek oleh kian tingginya penetrasi teknologi di pasar keuangan dalam negeri.

"Dalam kurun waktu 3 tahun, yakni dari 2016 ke 2018, subscription pembelian online naik tinggi. Tiga tahun lalu baru Rp 1 triliun, sekarang transaksi online tembus Rp 5 triliun lebih," tuturnya di Jakarta, pada Rabu 10 Juli 2019. 

Halim menjelaskan, kenaikan pasar reksa dana online ini secara langsung meningkatkan transaksi di pasar modal Indonesia. Karenanya, OJK mendukung penuh distribusi pemasaran reksa dana secara online.

"Sekarang dengan dibantu dengan keberadaan financial technology (fintech), jumlah investor reksa dana naik tajam, SID (single investor identification) tercatat mencapai 1,25 juta orang, kenaikan yang signifikan," ujarnya.

"Jadi yang menikmati hasil dari pasar modal bukan hanya yang memiliki modal besar, tetapi yang biasa saja juga bisa," tambah dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya