Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Bogor baru akan mengkaji rencana pembangunan trem di kota hujan. Rencananya, pembangunan fisik rel kereta akan dimulai akhir tahun 2020.
Tahun ini, Pemkot Bogor menggandeng konsultan dari Perancis mulai melakukan studi kelayakan (feasibility study) terkait pembangunan kereta yang memiliki rel khusus dalam kota.
Studi kelayakan ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman antara Pemkot Bogor dengan Jo Colas Iroda Mitra, sebuah perusahaan jasa konsultan yang berpusat di Perancis di Balai Kota Bogor, Jumat (6/9/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Ini menandai di mulainya kajian ilmiah untuk tahapan pembangunan trem," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.
Studi kelayakan proyek trem baru akan selesai Juni 2020. Kajian ini untuk menentukan diantaranya jalur yang digunakan, kelayakan jalan, lebar jalur, daya angkut, dan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi trem tersebut.
"Nantinya trem beroperasi disesuaikan dengan kapasitas jalan, landscape, kontur tanah. Tapi tidak boleh keluar atau merusak yang ada, konsep heritage," terang Bima.
Setelah studi kelayakan trem selesai nantinya Pemkot Bogor akan menentukan langkah selanjutnya seperti struktur desain dan desain sesuai studi kelayakan. Kemudian berpindah ke tahap rencana konstruksi kereta rel khusus dalam kota.
"Setelah kajian selesai di lanjut pembangunan. Untuk pendanaan bisa dari skema pinjaman bantuan pemerintah dan lainnya. Kalau studi kelayakannya didanai Jo Colas sendiri," kata dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kurangi Kemacetan
Sementara untuk pengadaan trem sendiri Pemkot Bogor dijanjikan akan mendapat hibah dari Belanda sebanyak 24 unit transportasi massal.
"Bisa jadi (dikasih) trem baru, dikasih 24 trem," ujar Bima.
Menurut Bima, keberadaan trem yang terintegrasi sengan light rail transit (LRT) diharapkan selain mampu mengurangi kemacetan dan menyedot wisatawan untuk datang ke Kota Bogor. Rencananya, trem akan meluncur mulai dari Terminal Baranangsiang, Jalan Otista, Jalan Juanda, Jalak Harupat, Pajajaran, kembali ke Terminal Baranagsiang.
"Trem ini belum ada di Asia Tenggara," kata dia.
Wakil Wali Kota Bogor Dedi A Rachim mengatakan, apabila trem beroperasi maka angkot dilarang untuk melintasi seputar Kebun Raya Bogor. Angkot dari wilayah pinggiran kota hanya transit di sejumlah shelter.
"Jangka panjangnya juga kami akan dibangun TOD (transit oriented develepmont) di empat wilayah. Nanti TOD ini untuk meredetribusi penumpang LRT," terang Dedi.
Sementara itu, Kepala Manager Colas Group perwakilan Asia Pasifik, Jerome Bellemin mengatakan, moda transportasi trem ini akan menjadi satu-satunya di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Dan akan menjadi solusi transportasi massal yang efisien untuk wilayah Kota Bogor.
"Untuk kererlibatan proyek trem ini yang pertama di Indonesia. Kalau untuk proyek transportasi perkeretaapian di Indonesia kami banyak terlibat dalam pembangunan LRT di Jabodetabek," terangnya. (Achmad Sudarno)
Advertisement