Menko Darmin: Kenaikan Harga Minyak Dunia Hal yang Wajar

Harga minyak melonjak di perdagangan mencapai level tertinggi sejak Mei pada pembukaan perdagangan kemarin, Senin (16/9).

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Sep 2019, 20:32 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 20:32 WIB
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak di perdagangan mencapai level tertinggi sejak Mei pada pembukaan perdagangan kemarin, Senin (16/9). Hal tersebut terjadi di tengah kekhawatiran gangguan pasokan menyusul serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi pada Sabtu (14/9).

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menanggapi kenaikan harga minyak dunia yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Menurutnya, dalam kondisi saat ini wajar jika harga minyak dunia mengalami kenaikan.

 

"Ya, itu masuk akal harga naik. Tapi tunggu sampai dibetulkan juga, apa ini nya. Jangan tanya kenapa naiknya segitu," ujar Menko Darmin di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (17/9).

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, kenaikan harga minyak memang akan berdampak pada ekonomi dalam negeri. Meski demikian, pihaknya belum menghitung seberapa besar dampaknya terhadap Indonesia.

"Itu tergantung berapa lama itu selesainya. Ya namanya dunia ada insiden kaya gitu ya, jangan terlalu diinilah. Kecuali kebakaran habis, enggak bisa dibetulin lagi, baru pusing kita. Tapi itu akan ada dampaknya," jelasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Minyak Diprediksi Melonjak Usai Serangan Drone ke Kilang Arab Saudi

RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Perahu kayu membawa muatan melintas di dekat kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). RU IV Cilacap menjadi kilang dengan kapasitas terbesar di Indonesia. (Liputan6.com/JohanTallo)

 Harga minyak dunia bisa melonjak hingga USD 10 per barel setelah sejumlah serangan pesawat tanpa awak atau drone menghantam pusat industri minyak Arab Saudi. Serangan tersebut memaksa Arab memangkas produksi menjadi hanya separuh dari normal.

Mengutip CNBC, Minggu (15/9/2019), sepuluh drone menyerang fasilitas pemrosesan minyak milik Saudi Aramco yang merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia milik pemerintah Arab Saudi. Serangan tersebut membuat dua kilang terbakar.

Akibatnya produksi minyak Arab Saudi terpangkas 5,7 juta barel per hari atau sekitar 50 persen dari keseluruhan produksi minyak dari negara tersebut.

Meskipun masih terlalu dini untuk mengatakan tingkat kerusakan dan berapa lama fasilitas akan ditutup, analis mengatakan kepada CNBC bahwa dampak pada harga komoditas bisa naik di atas USD 10 per barel.

"Ini masalah besar" jelas Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.

"Dampak terburuk harga minyak di pasar akan dibuka USD 5 hingga USD 10 per barel pada hari Minggu malam. Ini bisa berdampak 12 sen hingga 25 sen per galon untuk harga bensin (minyak olahan)." terang dia.

Kevin Book, kepala penelitian di Clearview Energy, mengatakan dampak serangan drone ini ke harga minyak akan tergantung pada waktu perbaikan kilang yang bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Untuk diketahui, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap 0,4 persen lebih rendah pada USD 54,85 ​​per barel pada hari Jumat, dan minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan 0,2 persen lebih rendah pada USD 60,25 per barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya