Harga Minyak Indonesia Naik Dipicu Ketegangan Geopolitik Timur Tengah

Penangkapan kapal tanker Iran di selat Gibraltar oleh Inggris dan dua kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz oleh Iran mendorong kenaikan harga minyak.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Agu 2019, 10:18 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2019, 10:18 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada Juli 2019 mengalami kenaikan sebesar USD 0,32 per barel menjadi USD 61,32 per barel dari USD 61 per barel pada bulan Juni 2019. Kenaikan harga minyak ini dipengaruhi meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Dikutip dari situs Ditjen Migas Kementerian ESDM, di Jakarta, Selasa (6/8/2019), ICP SLC Juli 2019 juga mengalami peningkatan sebesar USD 0,14 per barel dari USD 61,84 per barel menjadi USD 61,98 per barel.

Tim Harga Minyak Indonesia menduga, peningkatan ketegangan geopolitik di Timur Tengah disebabkan oleh isu peningkatan pengayaan uranium Iran yang dianggap melanggar perjanjian Nuklir pada 2015. 

Selain itu, penangkapan kapal tanker Iran di selat Gibraltar oleh Inggris dan dua kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz oleh Iran juga mendorong kenaikan harga minyak.

Pernyataan Presiden AS, Donald Trump, bahwa US Navy telah menembak drone milik Iran di Selat Hormuz ikut mendorong harga minyak naik.

Penyebab kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional lainnya adalah, kesepakatan OPEC dan negara-negara Non OPEC untuk memperpanjang pemotongan produksi minyak hingga akhir Maret 2020.

Produksi minyak mentah OPEC pada bulan Juni 2019 turun sebesar 68.000 barel per hari menjadi sebesar 29,8 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya juga menjadi penyebab kenaikan harga minyak.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Fakta Lain

ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Faktor lainnya adalah Energy Information Administration (EIA) melaporkan stok crude oil AS pada Juli 2019 turun sebesar 32 juta barel menjadi sebesar 436,5 juta barel dibandingkan stok pada Juni 2019, menurunnya stok minyak mentah Amerika Serikat akibat topan Barry yang menyerang beberapa fasilitas produksi di Teluk Mexico, serta meningkatnya permintaan minyak mentah AS oleh negara-negara importir minyak menyusul penurunan permintaan untuk Middle East Grades akibat ketegangan geopolitik di wilayah tersebut.

Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh penambahan kuota impor dari Pemerintah China kepada beberapa kilang di China dengan total 56,85 juta mt sehingga meningkatkan permintaan minyak mentah di China, serta peningkatan crude oil throughput di China sebesar 1,2 persen menjadi 6,6 juta barel per hari dan di Taiwan sebesar 1 persen menjadi 970 ribu barel per hari dibandingkan dengan awal bulan Juli 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya