Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kempan-RB) kembali menggelar Anugerah ASN Berprestasi 2019. Ajang ini memiliki tiga kategori dan menyeleksi sekitar seribu PNS yang dinilai berkualitas dan inspiratif.
Ada tiga ketagori, yakni PNS Inspiratif, Future Leader, dan serta pemilihan Eselon II teladan.
Advertisement
Baca Juga
Pada Senin (4/11/2019), juri dari Kempan-RB baru saja mendengar paparan dari lima PNS yang menjadi kandidat PNS inspiratif. Mereka pun menunjukan beragam inovasi dari beragam sektor: kesehatan, pertanian, hingga travel.
"Kita berharap mereka ini akan menjadi ikon di depan bahwa ASN keren keren, lho, punya inovasi," ujar Direktur TVRI Helmy Yahya yang menjadi Ketua Dewan Juri.
Selengkapnya, berikut lima kandidat PNS inspiratif yang sudah disaring dari seluruh Indonesia:
1. Virna Dwi Oktariana - Penjaga Penglihatan Pasien
Virna menjadi sorotan karena berhasil membuat Virna Glaucoma Implant untuk membantu pasien glaucoma melawan kebutaan. Harga penemuan Virna pun hanya Rp 1,8 juta, itu lebih murah dari harga implant pasaran di kisaran Rp 10 juta.
"Harganya jauh berbeda tapi dari segi efektivitas hampir sama," jelas Virna.
Penelitian implant hasil temuannya dimulai sejak tahun 2015 dan tahun ini baru mendapat approval dari Kementerian Kesehatan.
Virna menjadi PNS dari tahun 2014 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Kementerian Kesehatan, namun ia sudah aktif di RSCM sebagai pegawai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) sejak tahun 2008.
Jabatannya kini sebagai Kepala Program Studi Ilmu Kesehatan Mata dan Kepala Divisi Glaucoma. Virna menempuh studi dokter mata di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2004.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
2. Antonius Octavian - Rumah untuk Penderita Kusta
Antonius menjadi sosok PNS yang melawan penyebaran kusta di Jayapura. Lewat program Rumah Sobat dan Cinta Sobat, ia mengkoordinasikan para guru dan siswa SD di Jayapura untuk mendeteksi penyakit kusta.
Caranya, tim Cinta Sobat turun ke lapangan memberi edukasi ke masyarakat tentang penyakit kusta, kemudian pihak masyarakat bisa melaporkan gejala dini penyakit kusta ke tim Rumah Sobat.
"Anak-anak SD kelas 5 kita ajarin tentang kusta, gimana cari gejalanya cukup yang mudah aja, ada bercak putih atau bercak merah muda, tapi mati rasa. Kemudian mereka mencari pada teman-temannya dan lingkungannya," jelas Antonius yang merupakan Kepala Balai Litbangkes Papua.
"Setelah ada, dilapor ke gurunya, gurunya tergabung dengan kami ke WA group Rumah Sobat, lalu tim Rumah Sobat akan datang melakukan pemeriksaan," ia melanjutkan.
Rumah Sobat sendiri berbentuk seperti Posyandu dan baru aktif di Jayapura. Antonius menyebut sudah ada permintaan daerah lain agar Rumah Sobat hadir di tempat mereka.
Antonius lahir di Malang pada 30 Oktober 1974. Sejak umur satu tahun, ia sudah di Papua karena ayahnya bekerja di sana. Ia pun meraih gelar akademis dari Universitas Cenderawasih.
Â
Advertisement
3. Hoerudin - Mengubah Limbah Menjadi Bernilai
Tiap tahun, Indonesia memiliki 11 juta ton sekam yang merupakan limbah hasil pegilingan gabah. Selama ini petani menggunakannya hanya sebagai pupuk atau kepentingan ternak.
Kondisi itu ingin diubah oleh seorang sosok dari Kementerian Pertanian, yakni Hoerudin. Ia berinovasi agar ada nilai tambah ekonomi dari limbah sekam. Ternyata, sekam tersebut bisa menghasilkan silika yang berguna di berbagai industri.
"Latar bekakang inovasi ini pemanfaatan untuk produk bernilai ekonomi tinggi masih kurang. Kita ingin yang nilai ekonominya tinggi. Apa itu? Kita manfaatkan silika yang ada di sekam itu. Silika itu banyak manfaatnya tak hanya untuk bertani sebagai pupuk pestisida," jelas Hoerudin yang merupakan Kepala Bidang Program dan Evaluasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Ia pun menjelaskan bahwa silika dari sekam itu tak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi bisa digunakan beragam industri seperti industri karet untuk ban mobil, industri kaca, industri cat agar membantu cat eksterior lebih glowing dan tahan iklim, hingga sektor farmasi.
Pria ini mulai berkarier sebagai PNS di tahun 1998 pada Badan Litbang Pertanian di Bogor. Ia lulus dari Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Ilmu Tanah dan mendapat beasiswa dari pemerintah Australia.
Ia melanjutkan studi S2 di Universitas Queensland, Australia, bidang food science and technology dan lulus tahun 2004. Selelahnya, ia menyelesaikan S3 di tahun 2012, bidang food science, pada universitas yang sama.
Â
4. Nani Yulia - Belajar dari Brexit
Kepala Urusan Kesehatan Polres Brebes, Nani Yulia, masih ingat jelas insiden macet parah di Brebes pada tahun 2016. Pada kejadian yang disorot dunia itu, ada sejumlah korban jiwa karena orang sakit tak bisa tertolong akibat terjebak macet.
Beruntung bagi warga Brebes, Nani bukanlah sosok yang pasrah terhadap situasi. Ia pun mengajak timnya berinovasi untuk membangun unit Ambulans Motor demi mengantisipasi kejadian seperti "Brexit".
"Kejadian Brexit di Brebes waktu itu menjadi 2x24 jam orang terjebak dalam kendaran sehingga banyak yang sakit dan meninggal, dan kita penjaga kesehatan tak bisa apa-apa karena tak bisa menolong. Dan di situlah saya punya keinginan dan keyakinan agar tahun depan saya tak ingin terulang seperti ini lagi, maka dari itu saya membuat ambulans motor," jelas Nani.
Ambulans motor itu dikendarai langsung oleh tenaga kesehatan profesional dan membawa perlengkapan seperti tabung oksigen, infus, dan bedah minor. Ambulans itu bukan untuk mengangkut pasien, namun masih bisa dilakukan jika memungkinkan.
Di Polres Brebes ada enam ambulans motor dan pelayanannya tersambung ke 119. Nani berharap program ambulans motor dapat diikuti di berbagai polres.
Nani resmi menjadi ASN Polri pada tahun. Namun, 10 tahun sebelumnya sudah mengabdi sebagai tenaga harian lepas sebelum resmi posisinya diangkat di Polda Jawa Tengah
Ia pun pernah ditempatkan di beberapa daerag seperti Tegal dan Pekalongan. Wanita energik ini lulus dari Universitas Tarumanegara jurusan kedokteran pada tahun 1994.
Â
Advertisement
5. Jaya Setiawan Gulo - Kandidat Termuda
Jaya Setiawan Gulo merupakan kandidat termuda di antara lima besar PNS teladan. Usia lulusan STAN ini baru 29 tahun dan terpilih menjadi nominee PNS Inspiratif berkat usahanya di dalam dan luar instansi.
Di Sekretariat Kementerian Kementerian Keuangan, ia dan timnya menjadi penggagas aplikasi Customs & Declarations Online yang memudahkan data masyarakat ketika baru tiba dari luar negeri. Aplikasi ini bisa mempercepat pengisian data serta mendorong kebijakan paperless.
"Kita di sekretariat itu lebih untuk pengurangan biaya. Salah satu pengurangan biaya dari aplikasi itu adalah tidak lagi cetak manual kertas, tak lagi packaging, sehingga itu mengurangi budget dari Kementerian Keuangan ke bea cukai Kualanamu sehingga ada pengalokasian dana," jelasnya.
Aplikasi ini diterapkan di Bandara Kualanamu terlebih dahulu. Jika diaplikasikan di seluruh Indonesia, maka penerapan big data dan kebijakan paperless bisa sungguh jadi nyata.
Di luar instansi, pria yang akrab disapa Gulo ini juga punya proyek pendidikan bagi 2.000 orang anak berekonomi rendah. Proyek ini menyediakan program mentoring dan anak asuh bagi anak-anak di wilayah seperti Sumatera dan Banten.
Ia pun berharap lewat aksinya para PNS tergerak untuk terus berinovasi bagi masyarakat luas.
"Bagi saya, kalau saya bisa menginspirasi diri saya, mudah-mudahan bisa menginspirasi teman-teman di dekat saya dan orang yang lebih banyak," ujarnya