Virus Corona Tak Pengaruhi Pertumbuhan Industri Nasional

Pada tahun ini, industri proyeksikan mampu tumbuh 5,3 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 05 Feb 2020, 16:45 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2020, 16:45 WIB
Kesibukan Relawan Siapkan Persediaan Medis di Wuhan
Anggota staf dan sukarelawan mengenakan masker menyiapkan pasokan medis di convention hall yang telah diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Provinsi Hubei, China (4/2/2020). Sebuah pusat pameran diubah menjadi rumah sakit darurat untuk menampung pasien terinfeksi virus corona. (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, memastikan tidak akan merevisi proyeksi pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas meski dunia saat ini di tengah dilanda wabah virus Corona. Pada tahun ini, industri proyeksikan mampu tumbuh 5,3 persen.

"Tidak ada revisi, tetep 5,3 persen. Kita masih sangat optimis dengan itu, misalnya kenapa Kementerian perindustrian optimis bisa 5,3 persen, seperti yang saya sampaikan saat media gathering sebulan lalu. Ada tujuh isu yang di address oleh kita semua, yang berkaitan dengan industri, supaya industri bisa terbang tinggi, salah satunya adalah harga gas," kata Agus saat ditemui setelah acara kunjungan Presiden Singapura, di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (5/2/2020).

 

Tujuh isu yang dipaparkan Menteri Agus, yakni pertama, masalah kekurangan bahan baku, antara lain kondensat, gas, naphta, atau biji besi. Selain itu, industri juga akan mengalami kesulitan mencari bahan penolong seperti katalis, scrap, kertas bekas, dan nitrogen.

Kedua, kekurangan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan kawasan industri. Solusinya adalah pembangunan infrastruktur dan kawasan industri. Ketiga, industri nasional akan kekurangan utility seperti listrik, air, gas, dan pengolahan limbah. Lalu, Keempat, kekurangan tenaga ahli.

Lanjut, Kelima, menghadapi tekanan produk impor. Keenam, industri akan dihadapi limbah industri atau slag sebagai limbah B3, spesifikasi yang terlalu ketat untuk kertas bekas dan bahan bekas akan menyulitkan industri. Kemudian yang terakhir, permasalahan Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Gas Industri

Selama ini, PKT membeli gas seharga US$ 6 dari perusahaan minyak dan gas lepas pantai guna memasok 5 pabrik produksi pupuk.(Liputan6.com/Abelda Gunawan)
Selama ini, PKT membeli gas seharga US$ 6 dari perusahaan minyak dan gas lepas pantai guna memasok 5 pabrik produksi pupuk.(Liputan6.com/Abelda Gunawan)

Melihat salah satu masalah yang dihadapi di sektor industri, yakni harga gas industri harus kompetitif, maksimal sebesar USD 6 per MMBTU. Sehingga mampu membuat daya saing industri semakin berkembang baik.

Hal itu merupakan usaha dari semua pihak yang terkait, dan tentunya harga gas tersebut sudah dibahas dalam  dua ratas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan menteri lainnya.

"Alhamdulillah sudah ada keputusan, sudah ada satu keputusan dua ratas yang dipimpin oleh bapak presiden, yang ingin memutuskan bahwa harga gas paling lambat bulan April itu sudah terimplementasikan harganya," jelasnya.

Kendati begitu, Menteri Agus sangat optimis bahwa usahanya dalam memperjuangkan sektor industri, diharapkan bisa mendapatkan respon positif dari stakeholder lainnya.

Terlepas dari masalah gas tersebut, pihaknya tetap tidak alasan untuk merevisi proyeksi pertumbuhan manufaktur. Meskipun, saat ini sedang gencar akan virus Corona, yang tentu mempengaruhi sektor ekonomi Indonesia.

"Walaupun kita sedang menghadapi corona virus, yang kita tidak bisa memprediksi kapan selesainya," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya