Wamen BUMN Khawatir Pembangunan Kilang Minyak Pertamina Bakal Mubazir

Wakil Mentri BUMN Budi Gunadi Sadikin (BGS) menyinggung perencanaan PT Pertamina (Persero) terkait pembangunan kilang

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Feb 2020, 19:45 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2020, 19:45 WIB
20160414- Kilang Pengolahan Minyak Terbesar ke-2 di Indonesia-Kalimantan- Fery Pradolo
Petugas lapangan memantau Area Tanki LPG (Spherical Tank) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kilang RU V merupakan kilang pengolahan minyak Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Mentri BUMN Budi Gunadi Sadikin (BGS) menyinggung perencanaan PT Pertamina (Persero) terkait pembangunan kilang yang menelan biaya mencapai Rp 800 triliun selama 6 tahun.

Ia menanyakan langkah apa yang akan dilakukan Pertamina jika terjadi inflection point dan berdampak pada revolusi industri.

Inflection point merupakan keadaan dimana fundamental sebuah bisnis berubah tanpa kembali lagi.

"Sistem energi dunia tadinya dibakar berubah dengan adanya penemuan motor gerakan. Itu membangkitkan revolusi industri, merubah industri transportasi di dunia. Itu karena ada transisi energi motor bakar yang mengubah energi gerak." paparnya dalam Embracing Future Living JCC, selasa (11/02/2020).

BGS menekankan pada kemungkinan terjadinya inflection point saat pembangunan kilang berlngsung.

"Kalau spend ini belum selesai, apakah tidak ada perubahan energi ke listrik? Karena di China, Eropa, mulai terasa. Dari yang tadinya senang pakai mobil, berubah ke mobil kecil yang pakai listrik karena ramah lingkungan," tegasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kurangi Impor

RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Suasana kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Produk utama yang dihasilkan kilang Cilacap berupa produk BBM atau gasoline, naphtha, kerosine, avutur, solar LSWR, minyak bakar, LPG, pelumas dasar. (Liputan6.com/JohanTallo)

BGS menambahkan, jika nanti terjadi inflection point saat pembangunan kilang berlangsung, dan berdampak pada revolusi industri, maka investasi Rp 800 triliun ini nantinya tidak akan dipakai.

Sebelumnya, pembangunan kilang ini dilakukan sebagai upaya sublimatif untuk mengurangi impor BBM.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya