CSR Seret, DPR Minta Pejabat Pertamina Diganti

Anggota DPR meminta kejelasan mengenai penyaluran CSR ke wilayah daerah pemilihan (dapil) anggota dewan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Feb 2020, 18:10 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2020, 18:10 WIB
20160414- Kilang Pengolahan Minyak Terbesar ke-2 di Indonesia-Kalimantan- Fery Pradolo
Petugas lapangan memantau Area Tanki LPG (Spherical Tank) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kilang RU V merupakan kilang pengolahan minyak Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah anggota Komisi VII DPR RI membahas program tanggung jawab sosial perusahaan  atau Corporate Social Responsibilit (CSR) yang disalurkan PT Pertamina (Persero) saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada Rabu (29/1/2020).

Anggota DPR tersebut di antaranya Muhammad Nasir dari Fraksi Demokrat. Dia meminta kejelasan mengenai penyaluran CSR ke wilayah daerah pemilihan (dapil) anggota dewan.

"Ini kita sudah masuk sidang pertama, pulang ke dapil enggak bawa apa-apa. Jadi kita minta, apa kita buat polanya seperti tahun lalu, kira-kira seperti apa bu dirut?" kata Nasir, dikutip di Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Nasir pun menilai, kinerja Sekretaris Perusahaan Pertamina tidak cakap dalam menjalankan tugas menyalurkan CSR. Bahkan dia meminta pejabat tersebut dihentikan dari posisinya.

"Jadi maksud saya, ini corsec agak payah, lebih parah dari yang kemarin. Jadi sekali lagi bermasalah, saya minta diganti di corsec, jangan kita yang nyariin dia, dia yang nyariin kita," tuturnya.

Dia meminta pimpinan rapat yang kala itu dijabat Ketua Komisi VII, Sugeng Suparwoto, untuk meminta kejelasan mengenai CSR.

"Jadi, mohon izin pimpinan tolong masalah CSR biar teman-teman agar tenang dikit. Terimakasih. Wasaalam," tandasnya.

Laba Pertamina Spanjang 2019 Bakal Turun Jadi Rp 28,5 Triliun

20160114-Melihat Pusat Minyak Mentah Pertamax di Indramayu
Petugas PT. Pertamina (Persero) melintas Refinery Unit (RU) atau kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, (14/1). RU VI Balongan merupakan tumpuan produksi BBM jenis Pertamax Series milik PT. Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

PT Pertamina (Persero) memproyeksikan pencapaian laba bersih sepanjang 2019 sebesar USD 2,1 miliar atau setara dengan Rp 28,56 triliun. (Kurs 13.600 per dolar AS).

Angka ini jelas menurun jika dibandingkan dengan kinerja perusahaan sepanjang 2018 yang saat itu mencapai USD 2,5 miliar atau setara dengan Rp 34 triliun.

"Angka tersebut merupakan proyeksi dan belum diaudit," kata Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setiawan dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI, DPR, seperti dikutip dari Antaranews.com, Senin (3/2/2020). 

Heru Setiawan mengatakan hal tersebut masih banyak asumsi ataupun diskresi. Sedangkan untuk pendapatan atau revenue 2019 tercatat sebesar USD 52,4 miliar, turun jika dibandingkan tahun 2018 sebesar USD 57,9 miliar.

Laba Pertamina sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) 2019 tercatat USD 8,2 miliar, turun dibanding 2018 sebesar USD 9,2 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya