Liputan6.com, Jakarta Status sebagai perusahaan retail terbesar di dunia, Walmart mampu berhemat hingga jutaan Dolar Amerika Serikat (AS), dengan membuat sedikit perubahan dalam kebijakan bisnisnya.
Kebijakan untuk mengenakan tas belanja berbayar ke konsumen. Inovasi tas belanja ini membuat perusahaan bisa berhemat hingga USD 60 juta (Rp 822 miliar) per tahun. Ini diungkapkan CFO Walmart Brett Biggs seperti mengutip laman CNBC, Kamis (20/2/2020).
Advertisement
Baca Juga
Perusahaan juga bisa berhemat dari biaya rompi yang dikenakanpara pekerjanya sebesar 15 persen dengan membuatnya dari bahan yang dapat didaur ulang.
Walmart kini juga berada pada rencana untuk bisa berhemat hingnga USD 100 juta per tahun atau sekitar Rp 1,3 triliun dengan mengubah kebijakan : memusatkan pemeliharaan peralatan di tokonya agar lebih hemat energi, menurut Biggs.
“Anda dapat mengambil banyak proyek kecil. Anda dapat menginisasinya di seluruh bisnis, dan mereka dapat menghasilkan penghematan yang cukup besar jumlahnya,” ujar Biggs.
Walmart pada rapat pemegang saham tahunan 2019 di Bentonville, Arkansas, mengatakan akan menghemat USD 200 juta atau Rp 2,9 triliun dengan mengubah pemakaian bola lampu di toko dan tempat parkir.
Penghematan lain dengan menggunakan lilin lantai baru yang baru. Besaran potensi penghematan dari kebiakan ini sebesar USD 20 juta atau Rp 274 miliar.
Perusahaan juga mengatakan memakai teknologinya Fast Unloader, yang berfungsi memindai dan menyortir paket saat keluar dari truk dan berada di lebih dari 1.700 toko Walmart hari ini.
Alat ini memangkas sekitar sepertiga dari waktu proses pembongkaran truk saat dikerjakan manusia.
Komentar Biggs datang menyusul keluarnya laporan pendapatan kuartal keempat fiskal Walmart, yang meleset dari perkiraan analis. Kondisi ini imbas dari penurunan penjualan mainan, liburan dan pakaian jadi.
Saham Walmart bertahan sekitar 1 persen. Saham telah naik sedikit lebih dari 19 persen selama 12 bulan terakhir. Walmart memiliki kapitalisasi pasar sekitar USD 338,4 miliar atau setara Rp 4.633 triliun.
Reporter : Danar Jatikusumo