Tips Pilih Investasi Saham Saat IHSG Jeblok

Pengamat merekomendasikan agar memilih saham-saham yang sifatnya Blue Chip.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Mar 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2020, 08:00 WIB
Awal 2019 IHSG
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seperti roller coaster yang selalu memberikan kejutan-kejutan setiap harinya. Hal itu juga disampaikan oleh Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama, yang mengatakan bahwa IHSG masih bertahan di zona negatif.

Lalu, bagaimana jika Anda ingin tetap investasi dalam suasana IHSG yang saat ini jeblok?

Analis Nafan merekomendasikan agar memilih saham-saham yang sifatnya Blue Chip, yakni saham dari perusahaan besar yang memiliki pendapatan stabil dan memiliki aset yang besar serta perusahaannya dikenal luas oleh masyarakat, seperti BBCA BBCA (kode saham Bank BCA), dan BBRI (Kode saham Bank BRI).

“Saham perbankan BBRI dan BBCA merupakan dua bank yang trennya positif dari tahun ke tahun. So far ini penguatan dari sektor perbankan pun lebih didominasi sama BBCA dan BBRI kalau saya akui, berarti untuk sementara ini kedua sektor pun bisa digantikan oleh pelaku pasar, kecuali sektor-sektor lain yang mengalami koreksi yang signifikan, misalnya disektor kontruksi,” kata Nafan kepada Liputan6.com, Rabu (18/3/2020).

Kemudian, saham-saham yang harus Anda hindari untuk berinvestasi, yang memiliki ciri-ciri berikut ini, yakni pergerakan harga sahamnya stagnan di level 50, lalu emiten sahamnya tidak menyampaikan laporan keuangan secara berkala atau rutin, atau yang menyalahi aturan Bursa maupun otoritas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Saham yang Berisiko

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, jika Anda berinvestasi pada saham ciri-ciri saham yang berisiko, maka Anda akan mendapatkan risiko capital loss, yakni suatu kondisi di mana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.

Serta risiko likuidasi, apabila emiten (perusahaan) saham dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau dibubarkan, jika perusahaan masih memiliki sisa penjualan kekayaan, maka Anda akan mendapatkannya. Apabila tidak ada sisa, maka Anda tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut

“Kalau emitenya tidak menerapkan GCG (good corporate governance) dengan efektif pun sebaiknya dihindari, kalau menurut saya. Saya rasa investor tahu lah mana yang emiten-emiten mana yang harus dihindari, itu segitu saya serahkan ke pelaku investor,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya