Menunggu Stimulus G20, Potensi Kenaikan Harga Emas Masih Terbuka Lebar

Indeks dolar AS telah mengalami tekanan. Hal tersebut akan mendorong kenaikan harga emas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 30 Mar 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2020, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar responden dalam survei yang dilakukan oleh Kitco yakin bahwa harga emas akan melambung tinggi pada pekan ini. Kenaikan harga emas masih terdampak stimulis moneter dan fiskal AS pada minggu lalu.

Dikutip dari Kitco, Senin (30/3/2020), harga emas berjangka untuk pengiriman April berada di angka USD 1.618,10 per ounce pada perdagangan Jumat lalu. Angka ini naik 9 persen selama sepekan, yang merupakan kenaikan terbaik sejak 2008.

kenaikan harga emas ini terjadi usai Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengumumkan kebijakan quantitative easing. Langkah ini untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tengah wabah Corona. Selain itu, Senat AS juga menyetujui paket stimulus fiskal yang diajukan oleh pemerintahan Donald Trump.

Sebanyak 14 analis Wall Street mengambil bagian dalam survei Kitco. Terdapat 10 suara, atau 71 persen yang yakin bahwa harga emas akan naik pada pekan ini. Satu responden atau 7 persen menyebutkan bahwa harga emas bakal bearish. Sementara tiga analis atau 21 persen netral atau menyerukan harga emas bakal sideways.

Sementara itu, 1.595 suara pelaku pasar diberikan dalam jajak pendapat Kitco. Sebanyak 1.138 pemilih atau 71 persen menyatakan harga emas akan naik di minggu ini. Sebanyak 244 lainnya atau 15 persen mengatakan harga emas lebih rendah. Sementara 213 pelaku pasar atau 13 persen menyatakan netral.

 


Pernyataan Analis

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Managing director RBC Wealth Management George Gero menjelaskan, setelah berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan baik oleh Bank Sentral AS dan juga pemerintah Donald Trump, harga emas akan terus melambung. "Sekarang kita menunggu stimulis yang dijanjikan oleh negara-negara yang tergabung dalam G20," jelas dia.

Senior market strategist LaSalle Futures Group Charlie Nedoss mengatakan, indeks dolar AS telah mengalami tekanan. Hal tersebut akan mendorong kenaikan harga emas. Selain itu, beberapa pelaku pasar telah melakukan ambil untung di emas pada Jumat lalu. "Sekarang saat yang tepat untuk mengoleksi lagi," kata dia.

Direktur Pengelola ForexLiv Adam Button beberapa investor memilih untuk tidak menjual emas dan justru menambah kepemilikannya lagi. "Fase krisis likuidasisudah berakhir, dan fokusnya bergeser ke kebijakan moneter dan ketidakpastian ekonomi," kata Button.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya