Gara-Gara Corona, Aktivitas Belanja Online Naik 400 Persen

Social Distancing membuat masyarakat memilih belanja online

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 14 Apr 2020, 10:44 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2020, 10:30 WIB
Ilustrasi Belanja Online
Ilustrasi belanja online (dok. Pixabay.com/HutchRock/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan data dan kecerdasan buatan Analytic Data Advertising (ADA) mencatat adanya kenaikan drastis pada aktivitas belanja online di Maret 2020. Hal tersebut dipicu oleh merebaknya wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia sejak awal bulan lalu.

Managing Director ADA Indonesia Kirill Mankovski melaporkan, penggunaan aplikasi belanja online untuk jual-beli kebutuhan sehari-hari hingga barang bekas mengalami kenaikan hingga 300 persen. Itu terjadi sejak pemerintah mengumumkan penerapan social distancing.

Puncaknya terjadi pada 21-22 Maret, dimana aktivitas transaksi online di aplikasi jenis ini melonjak hingga lebih dari 400 persen.

"Masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah dan atas, telah beradaptasi dengan dunia baru ini. Mereka beralih ke cara-cara baru untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya," ujar Kirill dalam keteranga tertulisnya, Selasa (14/4/2020).

Pada saat bersamaan, Kirill menyampaikan jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan (mall) di Jakarta sejak 15 Maret 2020 mengalami penurunan karena masyarakat beralih ke belanja online. Rata-rata penurunan kunjungan di beberapa mall tersebut berkisar lebih dari 50 persen dibandingkan awal 2020. 

Di sisi lain, ia menyatakan, pandemi virus corona juga telah menyebabkan kepanikan di pasar keuangan. Menurutnya, banyak perusahaan dan brand yang menahan aktivitas pemasarannya untuk sementara waktu. 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Membuka Peluang Bisnis

Orang belanja online
Ilustrasi Orang belanja online (iStockPhoto)

Dia menambahkan, beberapa di antaranya bahkan menahan aktivitas tersebut hingga situasi mulai normal dan terkendali. Hal ini menyebabkan berkurangnya aktivitas pemasaran secara umum.

"Sebetulnya brand dapat memanfaatkan situasi ini untuk membentuk kebiasaan baru, serta mengubah channel komunikasi dan penjualannya ke ruang digital. Kebiasaan baru yang terbentuk ini akan tetap bertahan meskipun situasi kembali normal," imbuhnya.

Kirill menilai, minat belanja masyarakat yang telah beralih ke ruang digital tersebut membuka peluang baru bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan lainnya.

Terlebih, beberapa platform jual-beli online menganjurkan pembeli dan penjual untuk bertransaksi secara cashless dengan memanfaatkan servis pembayaran seperti kartu kredit, transfer, atau e-wallet.

"Ini merupakan saat yang tepat bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan untuk melakukan pemasaran. Para pemain di industri ini dapat memanfaatkan ruang digital untuk melakukan promosi kepada pengguna loyal, atau bahkan menjangkau pengguna baru," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya