Harga Masih Mahal, Asosiasi Pertanyakan Fungsi Impor Gula Pemerintah

Sejak awal Maret 2020 harga gula pasir terus melonjak naik di wilayah Tanah Air

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Apr 2020, 13:15 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2020, 13:15 WIB
Gula Pasir
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak awal Maret 2020 harga gula pasir terus melonjak naik di wilayah Tanah Air. Menipisnya stok gula nasional dituding menjadi akar permasalahannya.

Menyikapi hal ini pemerintah langsung tancap gas untuk mendatangkan gula impor demi menekan harga jualnya.Namun sampai saat ini harga jual disejumlah pasar tradisional Indonesia masih tinggi, seperti di pasar Arjawinangun Cirebon gula pasir dipatok Rp 14 ribu per kilogram, di pasar Jatibarang Indramayu dibanderol Rp 16 ribu per kilogram bahkan di DKI Jakarta harga gula mencapai Rp 19 ribu per kilogram.

Ketua Umum, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri pun mempertanyakan efektivitas impor gula yang dilakukan pemerintah. Sebab hingga pertengahan April 2020, harga gula masih melambung tinggi disejumlah daerah.

"Sudah sebulan lalu gembar-gembor impor. Tapi dilapangan masih tinggi harga (gula pasir)," kata Abdullah saat dihubungi Merdeka.com, Senin (20/4/2020)

Menurut Abdullah lonjakan harga gula bermula saat pemerintah terlambat dalam menerbitkan izin impor. Imbasnya stok gula nasional menjadi langkah sehingga kewalahan dalam memenuhi kebutuhan domestik ditengah pandemi covid-19.

Abdullah menambahkan, lambannya proses pendistribusian gula impor berimbas pada harga jual gula di pasar domestik masih tinggi. Sebab, menjelang bulan suci Ramadan dikhawatirkan harga gula kembali melonjak.

 


Pemerintah Diminta Lebih Cermat

Cegah Panic Buying, Kapolda Metro Jaya Pantau Operasi Pasar
Warga membeli beras dan minyak goreng saat Operasi Pasar di Pasar Palmerah, Jakarta, Jumat (20/3/2020). Perum Bulog menjual gula pasir, beras dan minyak goreng dengan harga murah dan terjangkau yang tersebar di 35 titik pasar. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Abdullah pun mendorong pemerintah untuk lebih cermat dalam melakukan impor bahan pangan serta mempermudah proses birokrasi dalam penerbitan izin impor pangan.

"Kalau harga gula terus tinggi dipasaran. Apa manfaatnya impor," singkat dia.

Sementara itu, Andini yang merupakan seorang ibu rumah tangga mengeluhkan harga jual gula yang masih tinggi disaat kondisi ekonomi keluarga tengah sulit akibat wabah corona.

"Gula aja udah Rp.14.000 per kilogram. Belum sembako lainnya," keluh Andini.

Untuk itu Andini terpaksa menghemat konsumsi gula sejak satu bulan terakhir agar kebutuhan keluarga lainnya dapat terpenuhi.

"Biasa satu minggu habis 2 kilogram, sekarang 1 kilogram," terang dia.

Oleh karenanya pemerintah diharapkan segera melakukan impor gula serta operasi pasar guna menekan harga jual gula yang masih tinggi.

 

Sulaeman

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya