Indonesia Ingin ASEAN Punya Peta Jalan Ketenagakerjaan Paska Pandemi Covid-19

Para Menteri Tenaga Kerja ASEAN menggelar ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM).

oleh Athika Rahma diperbarui 14 Mei 2020, 20:35 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2020, 20:35 WIB
Menaker Ida Fauziyah. Dok Kementerian Ketenagakerjaan
Menaker Ida Fauziyah. Dok Kementerian Ketenagakerjaan

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia mendukung tersusunnya dokumen ASEAN Labour Ministers Join Statement on Response to the Impacts of Coronavirus Desease 19 (COVID-19) on Labour and Employment sebagai hasil pertemuan spesial, ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM), pada Kamis (14/5/2020).

Setelah tersusun dokumen ASEAN Labour Ministers Join Statement on Response to the Impacts of Coronavirus Desease 19 (COVID-19) on Labour and Employment, selanjutnya akan ditindaklanjuti kerja sama konkrit yang tercakup dalam aktifitas pada kerangka kerja sama ASEAN.

"Kami berharap paska pandemik COVID-19, ASEAN memiliki road map atau peta jalan khusus bidang ketenagakerjaan guna mengembalikan stabilitas pasar kerja di tingkat nasional dan ASEAN, " kata Menaker Ida Fauziyah dalam pertemuan Tingkat Menteri Tenaga Kerja ASEAN (ALMM) tentang dampak Covid-19 melalui Video Conference di Kemanker, Jakarta, Kamis (14/5/2020).

Pertemuan Menaker se-ASEAN dipimpin oleh Menteri Sumber Manusia, Malaysia Datuk Seri M. Saravanan, selaku Ketua ALMM periode 2018-2020.

Pertemuan dihadiri Sekjen ASEAN, Dato Lim Jock Hoi; Dirjen ILO Guy Ryder; dan Menaker dari Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Menaker Ida menjelaskan tujuan pertemuan spesial Para Menaker ASEAN ini adalah untuk merespon dampak COVID-19 pada sektor perburuhan dan ketenagakerjaan sebagai langkah konkrit untuk menindaklanjuti komitmen kepala negara yang disepakati dalam ASEAN Summit on COVID-19 pada bulan April 2020.

"Untuk itu, ASEAN perlu mengambil langkah cepat dan tepat dalam mendukung stabilitas pasar kerja, perlindungan pekerja dan keberlangsungan usaha yang terdampak pandemik, " kata Menaker Ida.

Dalam Vidcon selama 3,5 jam tersebut, Menaker Ida mendorong ASEAN OSHNET untuk menyusun Guidelines atau pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tentang pencegahan penyebaran COVID-19 dan virus menular lainnya di tempat kerja yang sejalan dengan protokol WHO.

Menaker Ida juga mendorong ALMM untuk meningkatkan kerja sama dengan organisasi Internasional dan negara mitra ASEAN untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan guna pemulihan krisis jangka pendek dan perencanaan pemulihan jangka menengah dan jangka panjang dalam upaya mengembalikan stabilitas perkonomian termasuk menjaga keberlanjutan rantai pasok di kawasan ASEAN.

"Menghimbau Senior Labour Official Meeting (SLOM) untuk melakukan re-focusing dan re-targeting aktivitas-aktivitas ASEAN sektor ketenagakerjaan agar lebih fokus pada pemulihan ekonomi paska pandemik. Diantaranya sektor pariwisata, perhotelan, manufaktur dan sektor jasa lainnya, " ujar Ida Fauziyah.

 

Tuan Rumah

Menaker Ida Fauziyah. Dok Kementerian Ketenagakerjaan
Para Menteri Tenaga Kerja ASEAN menggelar ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM). Dok Kementerian Ketenagakerjaan

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Ida menyatakan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM) ke-26 pada akhir Oktober hingga awal November 2020 nanti di Jakarta.

"Pelaksanaan ALMM ke-26 yang akan datang tetap akan mempertimbangkan kondisi perkembangan penyebaran COVID-19, " katanya.

Sementara Sekjen ASEAN, Dato Lim Jock Hoi mengatakan dampak pandemik Covid-19 telah berdampak sangat signifikan terhadap perekonomian negara-negara ASEAN. Bahkan rantai pasok dan pasar kerja juga mengalami disrupsi.

"Sektor-sektor paling terdampak diantaranya sektor travel, pariwisata, perhotelan, manufaktur dan sektor jasa lainnya," katanya.

Dato Lim menambahkan berdasarkan laporan ILO, akibat Covid-19 hampir 1,6 milyar pekerja informal di dunia, ekonominya telah terdampak dan pendapatannya menurun hingga 60 persen.

"Bagi Pekerja tersebut, berhenti bekerja atau bekerja di rumah adalah bukan suatu pilihan karena itu menghilangkan penghasilan mereka, " kata.

Dato menambahkan estimasi data ILO, sekitar 68 persen pekerja di dunia, termasuk 81 persen Pengusaha atau pelaku usaha telah terdampak pandemik COVID-19.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya