3 Strategi Kementan Amankan Pasokan Pangan di New Normal

Agenda jangka panjang yaitu meningkatkan produksi pertanian dan mendorong pertumbuhan petani milenial 2,5 Juta orang.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jun 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2020, 14:00 WIB
Hiruk-pikuk Petani Gorontalo Sambut Musim Panen dengan Bergotong royong
Sejumlah petani membawa hasil panen padi di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Jumat (15/3). Mereka bergotong royong di sawah dengan menyambut musim panen dengan begitu ceria. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengamankan stok pangan dengan menyiapkan tiga strategi saat menghadapi New Normal. Sebab, pandemi Covid-19 berdampak buruk terhadap seluruh sektor penting di Indonesia termasuk pangan, yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menerangkan, strategi pertama yaitu agenda SOS, atau emergency yang ditemukan ketika harga ayam sempat jatuh beberapa waktu lalu.

"Bagi peternak, ayamnya akan dibeli oleh mitra dan difasilitasi penyimpanan berpendingin oleh pemerintah. Disini, kami telah berkoordinasi dengan mitra," tegas Syahrul dalam pernyataannya, Jumat (5/6/2020).

Kemudian, peningkatan nilai tukar petani (NTP) akan masif dilakukan dengan menaikkan harga jual gabah sehingga target penambahan NTP menjadi 103 poin. Artinya lebih tinggi dari beberapa waktu sebelumnya, atau sebesar 102, 09 point.

Strategi kedua Kementan ialah agenda jangka menengah yaitu memaksimalkan ekspor dengan mengintervensi industri agriculture agar tidak memecat karyawan. Juga relaksasi terhadap padat karya melalui pemberian bibit atau benih sehingga produksi komoditi tetap berjalan.

"Wilayah yang mengalami kekeringan dan minus kami support lewat bantuan sarana produksi, secara medical solution masalah Covid dapat diselesaikan dengan cepat namun untuk food security membutuhkan antisipasi paling cepat 2 tahun. Pertanian adalah solusi," terangnya.

 

Jangka Panjang

Pemandangan khas pedesaan, petani dan sawah, di Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pemandangan khas pedesaan, petani dan sawah, di Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Kemudian agenda jangka panjang yaitu meningkatkan produksi pertanian, ekspor tiga kali lipat, penurunan gagal panen sebesar lima persen, mendorong pertumbuhan petani milenial 2,5 Juta orang.

Mentan Syahrul menerangkan, ekstensifikasi pangan di lahan rawa juga terus dikebut sambil mengoptimalkan lahan yang sudah ada atau sekitar 600 ribu hektare untuk 1,5 Juta Ton beras. "Infrastruktur juga telah disiapkan guna mendukung strategi tersebut," imbuh dia.

Sementara itu, apabila kedepannya masih ada kendala Kementerian Pertanian juga telah menyiapkan cara bertindak (CB) diantaranya mengidentifikasi kembali lahan rawa.

"Kita masuk ke Kalteng ada 160 ribu hektare lahan masih terbuka ini menjadi tantangan dan butuh intervensi. Sebab, diperlukan transmigran petani yang siap bertani dalam berbagai kondisi," paparnya.

 

Bahan Pangan Lokal

Kementan
Masa panen raya sedang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Termasuk di lokasi cetak sawah baru di Desa Bente, Sulawesi Tenggara.

Selanjutnya intervensi bahan pangan lokal yaitu satu provinsi, satu panganan seperti sorgum, jagung, ubi kayu. Untuk itu, Kementan tengah menggelorakan program pekarangan pangan lestari.

Tercatat, ada 3.836 kelompok yang sedang di konsentrasikan. Mengingat sampai sekarang Kementan masih mencari penambahan keuangan dengan berkoordinasi bersama Menteri Keuangan dan mitra lainnya.

"Lalu cadangan beras dengan lumbung pangan masyarakat (LPM), kita berharap Provinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan memiliki LPM. Sampai sekarang ada 320 LPM yang siap menjadi sandaran saat kekeringan," pungkasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya