Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen. Suku bunga Deposit Facility juga turun sebesar 25 bsis poin menjadi 3,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen.
"Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas perekonomian dan mendorong pemulihan ekonomi di era COVID-19," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo, di Jakarta, Kamis (18/6/2020).
Ke depan, BI tetap melihat ruang penurunan suku bunga seiring rendahnya tekanan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pelonggaran likuiditas (quantitative easing) akan terus dilanjutkan.
Advertisement
Bank Indonesia juga memutuskan untuk memberikan jasa giro kepada bank yang memenuhi kewajiban GWM dalam Rupiah baik secara harian dan rata-rata sebesar 1,5 persen per tahun dengan bagian yang diperhitungkan untuk mendapat jasa giro sebesar 3 persen dari DPK, efektif berlaku 1 Agustus 2020.
Prediksi
Pengumuman ini sesuai dengan prediksi. Sebelumnya, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menilai menilai BI masih mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin hingga 50 basis poin.
“Kami menilai ada ruang di Bank Indonesia sekitar 25 basis poin sampai 50 basis poin,” katanya.
Andry menuturkan ruang Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga hingga 50 basis poin masih sejalan dengan tingkat inflasi yang diprediksikan rendah yaitu di bawah tiga persen.
“Kalau pun memang cut di second half masih bisa 25 basis poin sampai 50 basis poin itu alasannya karena ekspektasi inflasi masih rendah di bawah 3 persen,” katanya.
Andry mengatakan meskipun suku bunga acuan yang saat ini berada di level 4,5 persen sudah dapat menjangkau inflasi dan volatilitas nilai tukar, namun tetap masih dibutuhkan stimulus tambahan.
“Memang kami awal ekspektasi 4,5 is fine karena sudah bisa menjangkau ekspektasi inflasi dan volatilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya.
Advertisement