Lonjakan Kasus Corona Bawa Harga Minyak Merosot

Harga minyak mentah Brent berjangka turun 14 sen menjadi USD 40,9.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 27 Jun 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak merosot pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) dan menghapus kenaikan harga sebelumnya. Hal ini karena kasus baru virus corona melonjak di Amerika Serikat dan Cina, sementara stok minyak mentah mencapai rekor tertinggi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (27/6/2020), harga minyak mentah Brent berjangka turun 14 sen menjadi USD 40,9. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun 23 sen atau 0,6 persen menjadi USD 38,49 per barel.

Harga minyak Brent berada di jalur penurunan mingguan sebesar 3,1 persen dan minyak mentah AS menuju penurunan mingguan 3,6 persen, setelah rekor data persediaan minyak mentah AS menyeret harga turun pada Rabu kemarin.

Sebelumnya, kenaikan harga minyak didorong oleh optimisme atas peningkatan trafik lalu lintas jalan yang meningkatkan permintaan bahan bakar.

Namun, muncul kekhawatiran akan melonjaknya infeksi virus corona di negara-negara bagian AS yang mengkonsumsi bensin dapat menghambat pemulihan permintaan. Kasus telah meningkat tajam di California, Texas dan Florida, tiga negara bagian AS yang paling padat penduduknya.

Pada Jumat pagi, Gubernur Texas Greg Abbott membatalkan rencana pembukaan kembali negara bagian itu, memerintahkan sebagian besar bar ditutup karena meningkatnya kasus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Prospek Ekonomi

Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Prospek ekonomi global juga telah memburuk atau paling tidak tak bergerak dari bulan lalu, sepeerti dikatakan oleh mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters. Sementara resesi yang sedang berlangsung diprediksi akan lebih dalam dari perkiraan sebelumnya.

Sebuah survei di wilayah penghasil minyak dan gas utama AS oleh Dallas Federal Reserve Bank menemukan lebih dari separuhnya memangkas produksi dan berharap untuk melanjutkan beberapa output pada akhir Juli.

Perusahaan energi AS dan Kanada memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi ke rekor terendah pada minggu ini, menurut data dari Baker Hughes.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya