Harga Minyak Naik Hampir 2 Persen Didukung Data Ekonomi AS

Harga minyak mentah Brent naik 74 sen atau 1,8 persen menjadi USD 41,05.

oleh Athika Rahma diperbarui 26 Jun 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik sekitar 2 persen pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta), didukung oleh tanda-tanda perbaikan marginal di ekonomi AS dan kenaikan permintaan BBM. Namun kenaikan harga dibatasi oleh meningkatnya kasus virus corona di beberapa negara bagian AS.

Dikutip dari CNBC, Jumat (26/6/2020), harga minyak mentah Brent naik 74 sen atau 1,8 persen menjadi USD 41,05, setelah diperdagangkan di level terendah USD 39,47. Harga patokan minyak global ini sebelumnya turun 5,4 persen pada perdagangan Rabu.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate naik 71 sen atau 1,87 persen ke level USD 38,72 per barel.

Harga minyak turun lebih awal, kemudian naik karena data menunjukkan lebih sedikit orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran pekan lalu dan pesanan barang modal utama rebound pada Mei.

Namun, penurunan klaim pengangguran kurang dari yang diperkirakan analis dan data lain mendukung ekspektasi bahwa PDB kuartal kedua dapat menyusut sebanyak tingkat tahunan 40 persen.

Untuk memperbaikin ekonomi dunia yang dihancurkan akibat virus corona, bank-bank sentral telah mengeluarkan triliunan dolar dalam bentuk stimulus.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Peningkatan Kasus

FOTO: Kasus Corona di Amerika Serikat Tembus 1 Juta
Patung The Fearless Girl yang dipasangi masker terlihat di depan Bursa Efek New York selama pandemi COVID-19 di New York, Amerika Serikat, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins, kasus COVID-19 di AS melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)

Kasus infeksi baru dari virus corona telah meningkat di sejumlah negara bagian AS termasuk Oklahoma, Texas dan Florida. Australia juga mencatat kenaikan harian terbesar dalam dua bulan terakhir.

Meskipun ada peningkatan kasus, "Lalu lintas kendaraan terus membaik, penerbangan internasional kembali menguat, karyawan kembali bekerja dan aktivitas diskresioner meningkat,” kata Michael Tran, Direktur Pelaksana Strategi Energi di RBC Capital Markets di New York.

Namun, kekhawatiran investor tentang permintaan minyak tetap bertahan sehari setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan resesi global yang lebih dalam dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pemotongan rekor pasokan minyak mentah oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu telah membuat pasar minyak jauh lebih kuat daripada pada April, ketika Brent mencapai level terendah di bawah USD 16 per barel dan minyak mentah AS berubah negatif.

Investor menunggu untuk melihat apakah para produsen, yang dikenal sebagai OPEC+, memperpanjang rekor penurunan mereka hingga melampaui Juli.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya