Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh meningkat pada Mei 2020.
Posisi M2 tercatat Rp 6.468,2 triliun pada Mei 2020 atau tumbuh 10,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,6 persen (yoy).
"Akselerasi pertumbuhan M2 disebabkan oleh peningkatan seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham," terang Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko dalam keterangan resmi, Selasa (30/6/2020).
Advertisement
Baca Juga
Adapun pertumbuhan M1 ini, meningkat dari 8,4 persen (yoy) pada April 2020 menjadi 9,7 persen (yoy) pada Mei 2020, disebabkan oleh peningkatan giro Rupiah.
Selain itu, pertumbuhan uang kuasi tercatat sebesar 10,5 persen (yoy) pada Mei 2020, meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,5 persen (yoy).
Surat berharga selain saham juga tumbuh 37,5 persen (yoy) pada Mei 2020, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya 20,6 persen (yoy).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Faktor Pendorong
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, peningkatan M2 pada Mei 2020 disebabkan oleh peningkatan aktiva luar negeri bersih serta ekspansi operasi keuangan pemerintah.
"Aktiva luar negeri bersih pada Mei 2020 meningkat sebesar 18,2 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada April 2020 sebesar 15,8 persen (yoy)," beber Onny.
Selain itu, lanjut dia, keuangan pemerintah tercatat ekspansi sejalan dengan peningkatan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat, dari 1,7 persen (yoy) pada April 2020 menjadi 11,0 persen (yoy) pada Mei 2020. Sementara itu, penyaluran kredit pada Mei 2020 tumbuh 2,4 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,1 persen (yoy).
Advertisement
Uang Beredar di Masyarakat Capai Rp 6.238 Triliun hingga April 2020
Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat pada April 2020. Posisi M2 April 2020 tercatat Rp6.238,3 triliun atau tumbuh 8,6 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,1 persen (yoy).
Perlambatan pertumbuhan M2 tersebut disebabkan oleh perlambatan seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham.
Dikutip dari laporan Bank Indonesia, Rabu (3/6/2020), M1 tumbuh melambat dari 15,4 persen (yoy) pada Maret 2020 menjadi 8,4 persen (yoy) pada April 2020 disebabkan oleh perlambatan giro rupiah.
Selain itu, uang kuasi pada April 2020 tumbuh melambat, dari 10,8 persen (yoy) pada Maret 2020 menjadi 8,5 persen (yoy). Perlambatan juga terjadi pada surat berharga selain saham, dari 44,6 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 20,6 persen (yoy) pada April 2020.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan pertumbuhan M2 pada April 2020 disebabkan oleh kontraksi operasi keuangan pemerintah dan perlambatan penyaluran kredit.
Selanjutnya
Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat melambat, dari 14,5 persen (yoy) pada Maret 2020 menjadi 1,7 persen (yoy). Penyaluran kredit juga mengalami perlambatan pada April 2020, dari 7,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 4,9 persen (yoy).
Sementara itu, aktiva luar negeri bersih pada April 2020 tumbuh sebesar 15,8 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2020 sebesar 13,9 persen (yoy), sehingga menahan perlambatan uang beredar.
Advertisement