Uang Beredar pada Februari 2020 Capai Rp 6.116,5 Triliun

Uang kuasi pada Februari 2020 juga meningkat dari 6,8 persen (yoy) pada Januari 2020 menjadi 7,5 persen (yoy) pada Februari 2020.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 31 Mar 2020, 15:15 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2020, 15:15 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta.(Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) melaporkan jika likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas M2 meningkat pada Februari 2020. Posisi uang beredar pada Februari 2020 tercatat Rp 6.116,5 triliun.

"Tumbuh 7,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,1 persen (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Wijanarko dalam keterangan tertulis di  Jakarta, Selasa (31/3/2020).

Dia menuturkan jika akselerasi pertumbuhan M2 disebabkan peningkatan seluruh komponen. Ini dari uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham.

Uang beredar dalam arti sempit (M1) meningkat, dari 7,9 persen (yoy) pada Januari 2020 menjadi 8,6 persen (yoy) pada Februari 2020. Pemicunya pertumbuhan uang kartal dan giro rupiah.

Uang kuasi pada Februari 2020 juga meningkat dari 6,8 persen (yoy) pada Januari 2020 menjadi 7,5 persen (yoy) pada Februari 2020.

Peningkatan juga terjadi pada surat berharga selain saham. Yakni dari 31,8 persen pada bulan sebelumnya menjadi 34,7 persen (yoy) pada Februari 2020.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada Februari 2020 disebabkan oleh ekspansi operasi keuangan pemerintah. Hal tersebut tercermin pada peningkatan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat dari 1,8 persen (yoy) pada Januari 2020 menjadi 11,9 persen (yoy) pada Februari 2020.

Namun, penyaluran kredit pada Februari 2020 melambat menjadi 5,5 persen (yoy) dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,7 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan aktiva luar negeri bersih pada Februari 2020 sebesar 9,9 persen (yoy).

"Relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya," kata Onny mengakhiri.

 

Rupiah Menguat Terdorong Sentimen Positif Ekonomi China

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Tumpukan uang kertas pecahan rupiah di ruang penyimpanan uang salah satu bank. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Selasa pekan ini. Penguatan dipengaruhi karena kondisi ekonomi China mulai membaik.

Mengutip Bloomberg, Selasa (31/3/2020), rupiah dibuka di angka 16.330 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 16.337 per dolar AS. Hingga pukul 10.30 WIB, rupiah bergerak terus menguat hingga ke level 16.319 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 16.319 per dolar AS hingga 16.355 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 17,69 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 16.367 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 16.336 per dolar AS.

"Hari ini rupiah bisa mendapatkan sentimen positif dari data indeks aktivitas manufaktur dan nonmanufaktur China versi pemerintah untuk bulan Maret yang dirilis melebihi ekspektasi dan masuk zona ekspansi, 52 vs 44,9 dan 52,3 vs 42,1," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston seperti dikutip dari Antara, Selasa (31/3/2020).

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya