Saingi Ritel Modern, Kemenkop Bakal Modernisasi 15 Ribu Warung Tradisional 

Pada 2020 ditargetkan sebanyak 15 ribu warung tradisional yang terlibat dalam Program Belanja di Warung Tetangga.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Jul 2020, 14:40 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2020, 14:40 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Toko kelontong di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta Program Belanja di Warung Tetangga yang diinisiasi Kementerian Koperasi dan UKM bersama BUMN Pangan dan diluncurkan pada April 2020 lalu, diyakini mampu membuat warung atau toko tradisional bersaing dengan retail modern.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada 2020 menargetkan 15.000 warung tradisional yang terlibat dalam Program Belanja di Warung Tetangga.

"Warung-warung tradisional semacam ini jumlahnya mencapai 3,5 juta di seluruh Indonesia. Kalau itu semua bisa kita modernisasi dan terlibat dalam kampanye program ini, saya kira menjadi kekuatan yang luar biasa di sektor retail," Kata Teten dalam keterangannya, Jumat (3/7/2020).

Menurutnya, selama ini warung tradisional selalu kalah bersaing dengan retail modern, antara lain karena mereka tidak memiliki akses membeli barang dengan harga yang kompetitif. Kini dengan Program Belanja di Warung Tetangga, di mana melibatkan sejumlah kluster BUMN Pangan, warung-warung itu bisa mendapatkan akses barang yang kompetitif.

“Ditambah dengan sentuhan teknologi, warung tradisional kini memiliki daya saing tinggi," ujarnya.

Saat ini ia mengungkapkan sedang dalam tahap uji coba, di mana dalam bulan Juli ini ditargetkan akan melibatkan seribu warung tradisional. Mereka tak hanya bisa berbelanja bahan sembako dengan harga kompetitif, tetapi juga dibantu dalam manajemen barang dan IT, karena BUMN Pangan juga menyediakan aplikasi untuk belanja sehingga sangat efisien.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Terhubung Platform Online  

Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online
Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Teten juga menjelaskan, kerja sama dengan sejumlah BUMN Pangan itu sekaligus menghubungkan warung tradiaional dengan platform online. Kolaborasi dengan BUMN Pangan untuk distribusi bahan pangan masyarakat dan kebutuhan bahan baku melalui platform online.

Ia berharap melalui program tersebut dapat dipastikan stok bahan pokok tersedia, dan dekat dengan masyarakat. Sekaligus memperkuat ekonomi pelaku UMKM, khususnya warung tradisional. Tentunya juga untuk menghubungkan warung tradisional yang belum terhubung dengan platform online, sehingga mengurangi mobilitas fisik, pemesanan dan pengantaran via jasa antar.

“Kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM dengan BUMN Pangan ini dinilai strategis, karena mempunyai gudang di berbagai daerah di Indonesia. Sehingga jika proyek percontohan ini berhasil akan diimplementasikan di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Demikian dalam tahap uji coba ini, Program Belanja di Warung Tetangga menyediakan sembako meliputi beras, telor, minyak, gula, sarden, kurma, dan tepung. Tahap selanjutnya diperluas pada kebutuhan lauk-pauk, seperti ikan maupun daging.   

Tak Perlu Keluar Rumah, Belanja di Warung Kelontong Bisa Lewat Online

Tren Sepeda di Filipina
Karyawan toko kelontong mengendarai sepeda yang baru dibeli dalam perjalanan ke Manila pada 20 Mei 2020. Alat transportasi umum yang masih beroperasi dalam kapasitas terbatas membuat warga Filipina beralih ke sepeda saat berakhirnya masa karantina dan dimulainya periode New Normal. (Ted ALJIBE/AFP)

Pandemi virus corona (Covid-19) lambat laun mulai berefek pada sektor ekonomi. Imbauan agar masyarakat di rumah saja membuat mobilitas warga untuk beraktivitas kian minim.

Warung kecil atau kelontong yang menjual sembako, satu diantara sekian pelaku ekonomi yang terkena imbas pandemi Covid-19. Termasuk kalangan rumah tangga yang notabene pelanggan utama mereka.

Ketua Umum Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (Inkopi) Sharmila merasakan dampak pandemi virus tersebut. Sebagai komunitas yang fokus memberdayakan warung-warung kecil, pihaknya cukup khawatir dan prihatin.

Founder Sahara Sembako ini menyatarakan, masyarakat dihadapkan pada situasi dilematis. Mereka dianjurkan untuk tetap berada di rumah.

Namun di sisi lain harus memehuni kebutuhan hidup dan sembako sehari-hari. Tak sedikit yang kemudian memilih berbelanja daring (online) di retail-retail besar atau supermarket.

"Lalu siapa yang akan beli di warung kelontong tradisional yang belum terakses teknologi digital?," beber Sharmila dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (31/3/2020).

Sharmila mengajak masyarakat untuk sama-sama memberdayakan warung sembako kecil. Yakni melalui website sembakosahara.

"Sistemnya online. Dan setiap transaksi konsumen ada sebagian keuntungan bagi warung kelontong tradisional. Sembako dikirim maksimal 3 hari setelah pembayaran," ungkap dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya