Miliarder Sarung Tangan Malaysia Diprediksi Kehilangan Gelar Jika Vaksin Covid Ditemukan

Kinerja saham perusahaan sarung tangan terpukul pekan lalu setelah Presiden Rusia menyatakan negaranya telah menemukan vaksin Covid-19 pertama.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Agu 2020, 21:05 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2020, 21:05 WIB
Pabrik Sarung Tangan Medis di China
Pekerja memeriksa sarung tangan medis yang sudah disterilkan di pabrik sebuah perusahaan produk lateks di Nanjing, Provinsi Jiangsu, China, 6 Februari 2020. Perusahaan itu bekerja cepat sepanjang waktu demi meningkatkan pasokan dan membantu memerangi epidemi coronavirus baru. (Xinhua/Ji Chunpeng)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang mewabah sejak awal 2020 membawa berkah tersendiri terhadap industri karet dan pembuatan sarung tangan di Malaysia. Pada bulan lalu, Wong Teek Son yang merupakan peneliti kimia yang juga pendiri perusahaan produksi sarung tangan Riverstone Holdings dinobatan sebagai orang terkaya kelima di negeri tersebut.

Kekayaannya kini menyentuh USD 1,2 miliar sejak nilai saham perusahaan yang terdaftar di Pasar Modal Singapura ini naik hampir enam kali lipat dari level terendah pada Maret 2020. Itu terjadi berkat meningkatnya permintaan akan sarung tangan sebagai alat pelindung diri sejak pandemi virus corona.

Meledaknya permintaan akan sarung tangan memang sangat luar biasa. Tapi pelaku industri di sektor tersebut musti waspada, sebab ada tanda-tanda peningkatan pesat tersebut dapat tiba-tiba berbalik arah, terutama seiring kemajuan penelitian untuk pengobatan dan vaksin Covid-19.

Seperti dilansir The Straits Times, Rabu (19/8/2020), kinerja saham perusahaan sarung tangan terpukul pekan lalu setelah Presiden Rusia menyatakan negaranya telah menemukan vaksin Covid-19 pertama di dunia. Saham Riverstone seketika merosot 13 persen dalam pekan terburuknya sejak Maret 2020.

"Meski vaksin mungkin tidak menyurutkan permintaan untuk produk sarung tangan, namun para investor memilih jalan aman menjual sahamnya guna mengantisipasi adanya penurunan kasus positif Covid-19 pasca ditemukannya vaksin," jelas analis RHB Research Institute Alan Lim.

Situasi ini jelas berdampak pada Malaysia, yang memasok 65 persen produk sarung tangan karet dunia. Padahal, Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas setempat sempat memperkirakan, jumlah ekspornya tahun ini akan meningkat 45 persen.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020


Lonjakan Pesat

Pabrik Sarung Tangan Medis di China
Pekerja memeriksa sarung tangan medis yang hampir selesai di pabrik sebuah perusahaan produk lateks di Nanjing, Provinsi Jiangsu, China, 6 Februari 2020. Perusahaan itu bekerja cepat sepanjang waktu demi meningkatkan pasokan dan membantu memerangi epidemi coronavirus baru. (Xinhua/Ji Chunpeng)

Merujuk data Bloomberg Billionaires Index, dua perusahaan sarung tangan yakni Top Glove dan Hartalega Holdings kini masuk dalam 5 perusahaan paling bernilai pada indeks acuan ekuitas di Malaysia. Saham mereka melonjak lebih dari 192 persen tahun ini, sekaligus mengangkat kekayaan bersih miliarder pendirinya.

Lonjakan pesat tersebut berbanding terbalik dengan ekonomi negara yang justru mengalami kontraksi parah. Kondisi ini memperburuk ketimpangan yang semakin meluas.

Konsultan Knight Frank memperkirakan, penciptaan kekayaan di Malaysia merupakan yang tercepat ke-10 di dunia. Dengan begitu, diproyeksikan jumlah miliarder Negeri Jiran dengan kekayaan lebih dari USD 30 juta akan membengkak hingga 35 persen.

Kebangkitan industri sarung tangan di pasar global telah menciptakan kebutuhan besar akan pekerja asing, namun turut menimbulkan kontroversi. Amerika Serikat beberapa bulan lalu melarang impor produk dari Top Glove dengan alasan adanya bukti kerja paksa di sana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya