Liputan6.com, Jakarta - Harga emas di pasar spot tercatat naik tipis 0,1 persen menjadi USD 1,958.29 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 2 September di USD 1,973.16. Sementara, harga emas berjangka AS tercatat naik 0,1 persen menjadi USD 1.968,20.
Meski masih naik, harga emas diprediksi bisa terjun bebas bahkan hingga level USD 1.794 per ounce di kuartal IV 2020. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan, hal ini dapat terjadi karena indeks dollar yang menguat.
Baca Juga
"(Hal ini) dipengaruhi optimisme Federal Reserve Amerika Serikat (AS) atas kebijakannya menurunkan suku bunga hingga 2023 ketika pasar tenaga kerja mencapai "lapangan kerja maksimum" dan inflasi berada di jalur untuk "melebihi" target inflasi 2 persen," ujar Ibrahim saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (17/9/2020).
Advertisement
Lalu, perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih positif dan pernyataan Presiden AS Donald Trump soal vaksin juga mendorong indeks dollar menguat.
Wacana Partai Komunis China yang menyatakan siap perang dengan AS dan ASEAN serta ketegangan Turki dan Yunani atas Laut Mediterania, kata Ibrahim, sebenarnya menggoyang harga emas untuk bisa naik.
"Tetapi rupanya pasar (tidak) mengindahkan informasi geopolitik tersebut karena itu baru berupa wacana dan di Cina sendiri baru Partai Komunis, bukan presiden Cinanya," kata Ibrahim.
Oleh karenanya, harga emas diproyeksi bakal anjlok. "Peluang harga emas internasional terjun bebas ke USD 1.919, USD 1.860 dan USD 1.794 sangat besar sekali. Angka tersebut sesuai dengan data teknikal (W1) di metatrader," jelasnya.
Kata Ibrahim, bulan September ini emas berpeluang turun ke angka USD 1.919 per ounce, kemudian merosot ke USD 1.860 hingga USD 1.794 di kuartal IV.
"Oleh karenanya, ini saat yang tepat agar menjual sekarang, karena ada harapan akan di bawah Rp 1 juta (per gram). Jangan sampai menyimpan emas terlalu lama," saran Ibrahim.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Harga Emas Naik Tipis Usai Capai Level Tertinggi
Sebelumnya, harga emas naik tipis pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah setidaknya hingga 2023.
Dikutip dari CNBC, Kamis (17/9/2020), harga emas di pasar spot naik tipis 0,1 persen menjadi USD 1,958.29 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 2 September di USD 1,973.16. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,1 persen menjadi USD 1.968,20.
ÂPada Rabu, The Federal Reserve mengumumkan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga mendekati nol selama bertahun-tahun sampai ekonomi AS pulih dari efek pandemi Covid-19 dan pasar tenaga kerja menjadi normal.
Sementara itu, belanja konsumen AS melambat pada Agustus, dengan ukuran penjualan ritel utama secara tak terduga menurun, menunjukkan kemacetan dalam pemulihan ekonomi dari efek virus corona.
"Data ekonomi yang lebih lemah mendukung gagasan bahwa Fed akan tetap akomodatif, bahwa akan ada stimulus lain yang diberlakukan oleh Kongres AS, dan ini adalah pilar utama dukungan untuk emas," kata Meger.
Suku bunga AS yang lebih rendah cenderung membebani imbal hasil obligasi dan dolar, memperkuat daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
"Pasar logam mulia menunggu rintangan terbaru untuk reli baru yang akan dihapus," kata TD Securities dalam sebuah catatan.
Tak sejalan dengan harga emas, harga perak turun 0,1 persen menjadi USD 27,22 per ounce. Sementara platinum turun 0,7 persen menjadi USD 971,17 dan paladium turun 0,4 persen menjadi USD 2.401,40.
Advertisement