Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia memulai awal pekan ini dengan tekanan kecil berupa gap bearish, namun mampu pulih dan menunjukkan penguatan kembali di sesi Asia. Setelah mencetak rekor tertinggi baru di level USD 3.245, harga emas terkoreksi dan memasuki fase konsolidasi yang membawa harga mendekati USD 3.200.
Pada hari Selasa (15/4/2025) ini, harga emas diperdagangkan di sekitar USD 3.208, melemah sekitar 1% dibandingkan hari sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, secara teknikal, tren bullish pada emas masih tetap dominan. Berdasarkan pengamatan terhadap pola candlestick serta indikator Moving Average saat ini, peluang penguatan harga masih sangat terbuka.
Advertisement
“Selama mampu bertahan di atas support psikologis USD 3.200, maka harga emas memiliki potensi untuk naik ke level USD 3.250 dalam jangka pendek,” ujarnya jelas dia dalam keterangan tertulis, Selasa (15/4/2025).
Namun, Andy juga menambahkan bahwa jika terjadi reversal dan harga tidak mampu mempertahankan momentum naiknya, maka target koreksi terdekat berada di area USD 3.193. Level ini dianggap sebagai batas bawah konsolidasi saat ini dan dapat menjadi titik pantul apabila tekanan jual meningkat.
Fundamental
Dari sisi fundamental, sejumlah faktor global terus memberikan dukungan bagi penguatan emas. Kekhawatiran akan resesi ekonomi di Amerika Serikat serta meningkatnya ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan memangkas suku bunga secara agresif menjadi pemicu utama kenaikan harga logam mulia.
Pelaku pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga The Fed hingga 90 basis poin sebelum akhir tahun 2025, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kenaikan harga emas sebagai aset tanpa imbal hasil.
Perang Dagang Makin Panas
Di sisi lain, meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok juga mendongkrak permintaan safe haven. Pemerintah Tiongkok telah menaikkan tarif tambahan terhadap produk AS dari 84% menjadi 125% sebagai balasan atas kebijakan perdagangan Washington.
Meski Presiden AS Donald Trump sempat memberikan pengecualian untuk beberapa produk teknologi seperti smartphone dan laptop, ketidakpastian masih tinggi karena akan ada tarif baru terhadap sektor semikonduktor dalam waktu dekat.
Sentimen pasar sempat membaik pada hari Senin akibat ekspektasi bahwa ketegangan perdagangan dapat mereda, ditandai dengan kenaikan indeks saham berjangka AS. Namun, kekhawatiran terhadap inflasi yang dipicu oleh kenaikan tarif dan potensi penurunan suku bunga tetap menjadi landasan utama bagi penguatan harga emas dalam waktu dekat.
Advertisement
Prediksi
Tidak adanya rilis data ekonomi utama dari AS pada hari ini membuat fokus pasar tertuju pada komentar pejabat Federal Reserve dan kebijakan dagang lanjutan dari pemerintah AS. Jika pernyataan yang keluar mengarah pada pelonggaran kebijakan moneter dan peningkatan risiko inflasi, maka harga emas kemungkinan besar akan melanjutkan kenaikannya.
Dengan kondisi teknikal yang menguat dan fundamental global yang mendukung, Andy menyimpulkan bahwa harga emas masih berada dalam tren naik yang solid, dengan target kenaikan jangka pendek di area USD 3.250, sambil tetap mewaspadai potensi koreksi menuju USD 3.193 apabila terjadi tekanan jual.
