Kalbe Farma Distribusikan Obat Terapi Covid-19 Mulai Hari Ini

Kalbe Farma akan mulai memasarkan obat terapi pasien Covid-19 berjenis remdesivir generik di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Okt 2020, 12:30 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2020, 12:08 WIB
Ilustrasi obat Covid-19
Ilustrasi obat Covid-19 (Foto:Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) atau Kalbe akan mulai memasarkan obat terapi pasien Covid-19 berjenis remdesivir generik di Indonesia, dengan merk Covifor mulai hari ini, Kamis (1/10). Kepastian tersebut disampaikan langsung oleh President Director Kalbe, Vidjongtius.

"Mulai hari ini barang sudah siap. Remdesivir sudah siap di distribusikan ke seluruh provinsi di Indonesia," ujar dia dalam Press Conference Peluncuran Obat Antivirus Covifor (Remdesivir) di Jakarta, Kamis (1/10).

Vidjongtius menjelaskan, Covifor merupakan produk obat yang diproduksi oleh perusahaan farmasi multinasional asal India, Hetero. Sehingga Kalbe bertindak sebagai distributor bersama PT Amarox Pharma Global sebagai anak perusahaan Hetero.

"Kami lebih sebagai distributor, dimana telah menjalin kerja sama pemasaran dengan PT Amarox Pharma Global selaku anak perusahaan (Hetero)," jelas dia.

Lebih lanjut, Vidjongtius memastikan Covifor telah mendapat persetujuan izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan ketentuan persetujuan emergency use authorization (EUA) dari BPOM.

"Untuk itu, obat ini didistribusikan oleh jaringan kami langsung ke rumah sakit. Sehingga tidak diizinkan untuk diperjual belikan di apotik," tegasnya.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Menkes Terawan: Indonesia Butuh 352 Juta Dosis Vaksin Covid-19

China Pamerkan Vaksin Covid-19 di Pameran
Kandidat vaksin China National Biotec Group (CNBG) untuk virus corona Covid-19 diperlihatkan dalam Pameran Internasional China untuk Perdagangan Jasa (CIFTIS) di Beijing, 6 September 2020. Untuk pertama kalinya, China akhirnya resmi memamerkan produk dalam negeri vaksin COVID-19. (NOEL CELIS/AFP)

Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengatakan prioritas penerima vaksin Covid-19 akan disuntikkan kepada tenaga medis. Selain tenaga medis, masyarakat umum yang bekerja di lingkungan fasilitas medis juga menjadi prioritas pemberian vaksin di tahap awal.

"Prioritas vaksin akan diberikan kepada garda terdepan yaitu seluruh tenaga medis dan seluruh masyarakat yang bekerja pada fasilitas medis," kata Terawan dalam Rapat Koordinasi Persiapan Program Vaksin, Jakarta, Kamis (1/10).

Prioritas selanjutnya kata Terawan diberikan kepada masyarakat yang masuk kategori risk. Yakni para pekerja yang berada di rentang usia 18 tahun sampai 59 tahun.

Sehingga kebutuhan vaksinasi untuk prioritas tersebut mencapai 320 juta dosis. Dari kebutuhan tersebut, maka dosis vaksin yang dibutuhkan sebanyak 352 juta dosis.

"Dengan indeks pemakaian vaksin, maka kita harus bisa menyediakan 352 juta dosis vaksin," kata dia.

Dalam rangka menyiapkan program vaksinasi, Kementerian Kesehatan telah menyusun beberapa langkah kesiapan fasilitas kesehatan di Indonesia. Sejak Senin 28 September lalu , telah dilaksanakan pelatihan kepada tenaga kesehatan mengenai tata cara vaksinasi Covid-19 ini.

Selain itu, telah disiapkan dua puskesmas yang akan menjadi tempat simulasi. Puskesmas Abiansemal di Kabupaten Badung, Denpasar dan Puskesmas Tanah Sereal di Kota Bogor, Jawa Barat.

Kapasitas Penyimpanan Vaksin

Pabrik Vaksin COVID-19 Sinovac di Beijing
Seorang pekerja berada di dalam laboratorium di pabrik vaksin SinoVac di Beijing, Kamis (24/9/2020). Perusahaan farmasi China, Sinovac mengatakan vaksin virus corona yang dikembangkannya akan siap didistribusikan ke seluruh dunia, termasuk AS, pada awal 2021. (AP Photo/Ng Han Guan)

Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin mengatakan kapasitas penyimpanan vaksin yang dimiliki BUMN saat ini baru 123 juta vaksin. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan 352 juta dosis vaksin pihkanya tengah menjalin kerja sama antar lembaga BUMN.

Secara khusus kerjasama yang dimaksud dilakukan dengan Bio Farma dan Kimia Farma sebagai produsen obat.

"Khususnya oleh Bio Farma dan Kimia Farma sebagai produsen obat, dalam pengadaan Cold Chain Equipment Inventory hingga memuat 300 juta vaksin," kata Budi.

Pengadaan Cold Chain ini disiapkan untuk datangnya vaksin dari berbagai negara. Kerja sama penyediaan vaksin ini dilakukan Kementerian Luar Negeri, Kementerian BUMN, Kepala BPOM, dan Kepala BNPB.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya