Ekonomi Terkontraksi di Kuartal III, Pemerintah Minta Swasta Bantu Hadapi Resesi

Pemerintah coba memfokuskan beberapa program yang bisa membantu memberi stimulus kepada pihak swasta.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 05 Nov 2020, 14:05 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2020, 18:08 WIB
FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski pertumbuhan ekonomi masih di level negatif, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut setidaknya ada perbaikan di kuartal III 2020. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III 2020 akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis, 5 November 2020 esok.

Sejumlah pihak termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali terkontraksi di triwulan ketiga ini, alias resesi.

Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN), Budi Gunadi Sadikin, turut mencermati ancar-ancar yang diberikan RI 1.

Dia pun meminta bantuan kepada pihak swasta untuk mau bergerak guna memulihkan perekonomian jika Indonesia benar-benar jatuh ke lubang resesi.

"Di mata kami memang setelah kita lihat struktur ekonomi Indonesia paling besar tetap kontribusinya ada di swasta. 70 persen lebih dari ekonomi Indonesia yang Rp 1.000 triliun ini merupakan kontribusi swasta. Sisanya 16 persen BUMN, sisanya lagi baru pemerintah," jelasnya, Rabu (4/11/2020).

Secara porsi, pemerintah telah mengeluarkan banyak upaya melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Namun itu kontribusinya hanya sekitar 16-17 persen saja dari kementerian/lembaga, ditambah 5-6 persen untuk PEN.

"Sebagian besar tetap sangat bergantung ke temen-temen di swasta," sambung pria yang juga menjabat selaku Wakil Menteri BUMN I ini.

Oleh karenanya, Budi menyatakan, pemerintah coba memfokuskan beberapa program yang bisa membantu memberi stimulus kepada pihak swasta agar mereka mulai kembali berputar roda ekonominya.

"Tadi pak Mensos (Juliari Batubara) ngomong sedikit ke saya, misalnya subsidi sembako, itu transportasinya melibatkan pihak swasta. Tidak hanya BUMN saja, supaya ada perputaran ekonominya di sana," ujar Budi.

Pemerintah pun diutarakannya tengah coba mendorong akses pinjaman jaminan kredit, baik di tingkat pusat hingga ke pelosok daerah.

"Supaya daya ungkitnya bukan hanya dari pemerintah, karena kita tahu kemampuan maksimal kita seperti apa, tapi juga bisa membantu teman-teman di swasta untuk mulai bisa bergerak," pungkasnya.

Saksikan video di bawah ini:

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Masih Minus hingga Akhir 2020

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, mengatakan kuartal IV-2020 diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih minus.

“Masih berisiko tumbuh negatif melihat mobilitas masyarakat masih belum kembali ke titik baseline sebelum pandemi,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Rabu (4/11/2020).

Menurutnya, hal tersebut dipengaruhi oleh pengembangan vaksin Covid-19 dimana sejauh ini belum ada satupun yang lolos uji klinis akhir.

Sebelumnya, ia memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 di angka -1,5 hingga -3 persen. Angka ini terbilang lebih kecil dibandingkan kuartal II yakni -5,32 persen.

Ekonomi Indonesia minus kembali disebabkan masyarakat kelas menengah dan atas masih menahan belanja dan mengalihkan uang ke simpanan di perbankan.

“Situasi ini terjadi karena kasus harian covid masih berada diatas 3.000-4.000 kasus sepanjang kuartal III-2020,” ujarnya.

Sehingga rem darurat yang ditarik oleh Pemda DKI Jakarta dengan lakukan pengetatan PSBB menurunkan gairah belanja dari konsumen. Sehingga berpengaruh kepada penyerapan stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Stimulus PEN yang diharapkan cepat pencairannya ternyata masih terkendala hal-hal teknis, sehingga belum efektif dalam mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi.

“Disisi lain kinerja investasi mulai membaik tapi belum dibarengi dengan perbaikan kinerja ekspor yang signifikan,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya