Harga Minyak Melonjak 4 Persen karena Pasokan AS Turun Tajam

Harga minyak naik setelah Presiden Donald Trmp keliru mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS.

oleh Tira Santia diperbarui 05 Nov 2020, 08:20 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2020, 08:20 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Kenaikan ini terjadi setelah Presiden Donald Trmp keliru mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS.

Kemenangan Trump dipandang sebagai bullish untuk harga minyak karena sanksi terhadap Iran dan dukungannya untuk pemotongan produksi minyak.

Sentimen lain yang mendorong harga minyak pada perdagangan Rabu karena adanya data penurunan yang sangat besar persediaan minyak mentah di AS.

Mengutip CNBC, Kamis (5/11/2020), harga minyak West Texas Intermediate naik 4 persen, atau USD 1,49 ke level USD 39,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 92 sen atau 2,3 persen menjadi USD 40,63 per barel.

Kedua patokan harga minyak memperpanjang kenaikan setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 8 juta barel pekan lalu karena Badai Zeta memaksa penurunan produksi di Teluk Meksiko selama periode tersebut.

Ekspor minyak mentah mingguan AS turun 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi sekitar 2,3 juta barel per hari pekan lalu. Ini adalah penurunan terbesar sejak Januari. Hal ini juga terjadi karena Badai Zeta mengganggu aliran.

Trump secara keliru mengklaim telah menang atas penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden. Trump mengatakan bahwa dia yakin akan memenangkan kontes sebelum beberapa negara bagian menyelesaikan penghitungan suara dalam beberapa jam atau hari ke depan.

“Mungkin kesimpulan terbesar yang dapat ditarik bahwa hanya ada kemungkinan kecil insentif pajak minyak dan gas yang ada akan dihapus di AS. Bahkan jika Biden muncul sebagai pemenang," jelas Kepala Riset Rystad Energy, Artem Abramov.

Harga minyak juga didukung oleh kemungkinan produsen OPEC dan Rusia untuk mempertimbangkan menunda rencana kenaikan produksi OPEC + mulai Januari karena gelombang virus Covid-19 kedua menghambat pemulihan permintaan bahan bakar.

OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, sebelumnya setuju untuk mengurangi pemotongan sebesar 2 juta barel per hari dari 7,7 juta barel per hari mulai Januari.

Lebih banyak lockdown dapat membatasi kenaikan harga minyak. Italia, Norwegia, dan Hongaria telah memperketat pembatasan karena Corona, mengikuti Inggris, Prancis, dan negara lain.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Perdagangan Sebelumnya

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak naik lebih dari 2 persen pada hari Selasa, naik dengan pasar keuangan lainnya pada Hari Pemilihan AS. Meskipun para pedagang bersiap untuk volatilitas tergantung pada hasil pemungutan suara dan karena melonjaknya kasus virus corona di seluruh dunia memicu kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar.

Dikutip dari CNBC, Rabu (4/11/2020), harga minyak mentah berjangka Brent naik 84 sen, atau 2,2 persen menjadi USD 39,81 per barel.  Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup 85 sen, atau 2,3 persen, lebih tinggi pada USD 37,66 per barel.

Setelah kampanye presiden yang memuakkan yang mengekspos kedalaman perpecahan politik di Amerika Serikat, orang Amerika melakukan pemungutan suara pada hari Selasa untuk memilih Donald Trump yang sedang menjabat atau penantang Joe Biden untuk memimpin negara yang dilanda pandemi selama empat tahun ke depan.

“Pemilu mendominasi pasar hari ini. Minyak mentah naik, secara umum tampaknya bahwa hasil akhirnya bisa datang paling cepat besok,” kata Robert Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Dia juga mencatat bahwa sapuan Demokrat dapat mengarah pada ukuran paket stimulus yang akan menjadi positif untuk harga minyak.

Indeks pasar saham utama AS semuanya diperdagangkan lebih tinggi, dengan S&P 500 naik 1,8 persen.

Dolar AS, sementara itu, merosot 0,6 persen terhadap sekeranjang mata uang karena selera risiko tumbuh pada taruhan bahwa Biden akan menang.

Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang menurut para pedagang membantu meningkatkan harga minyak mentah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya