Gurihnya Bisnis Tahu Garing Beromzet Rp 15 Juta per Bulan

Lulus kuliah, Vincent (24) memilih untuk memulai usaha tahu goreng crispy dengan merek dagang Tahu Garing (Tagar).

oleh Tira Santia diperbarui 05 Des 2020, 13:02 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2020, 06:00 WIB
Tahu Garing (Tagar)
Tahu Garing (Tagar)

Liputan6.com, Jakarta - Lulus kuliah, Vincent (24) memilih untuk memulai usaha tahu goreng crispy dengan merek dagang “Tahu Garing (Tagar)”, tepatnya Juli 2019 dengan modal Rp 25 juta dirinya memberanikan diri membeli gerobak dan menyewa tempat untuk kepentingan usahanya.

“Tahu goreng itu berdiri pada bulan Juli 2019 tapi sebenarnya kalau untuk menghitung dari persiapan mungkin dari sekitar bulan Januari 2019 saya sudah mulai ada trend tahu crispy terus saya cari resepnya dulu, bikin SOP-nya terus cari formula yang tepat, lalu yang benar-benar bukannya itu di Juli 2019,” kata Vincent kepada Liputan6.com, Minggu (29/11/2020).

Mahasiswa lulusan sistem informasi ini mengaku memilih usaha tahu, lantaran ia gemar kulineran dan hobi masak. Selain itu, ia berpikir menjual produk tahu yang digoreng itu bukan bisnis musiman, karena masyarakat Indonesia sudah akrab dengan yang namanya “Gorengan”, maka dari itu ia memutuskan untuk jual Tahu Crispy ala nya sendiri yakni Tagar (Tahu Garing).

Pada 6 bulan pertama menjalankan bisnisnya ia masih mengurus sendiri dalam sisi manajemen, kini Vincent memiliki tim yang berjumlah 15 orang untuk kantor pusatnya saja, sementara untuk seluruh Indonesia timnya berjumlah 300 orang.

Awalnya Vincent berjualan Tagar di Jakarta saja, namun seiring berjalannya waktu ia mulai melebarkan sayapnya membuka toko-toko offline di berbagai daerah dengan sistem kemitraan. Tagar sudah ada di Jabodetabek, lalu di Bandung, Mojokerto, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Bali, Ambon, Manado, Pontianak, Batam dan Palembang, dan Malang.

Dalam waktu dekat Tagar akan membuka cabang lagi di Makassar. Karena selama pandemi permintaan dan penawaran bisnis Tagar banyak diminati para calon pebisnis. Menurutnya masa pandemi corona covid-19 ini mendatangkan berkah bagi usaha Tagarnya, baik untuk sistem kemitraan maupun dari sisi konsumen juga meningkat.

“Kita melihat pandemi ini sebagai kesempatan, di mana banyak yang kena PHK. Kita hadir memberikan solusi untuk orang yang mau berbisnis di masa pandemi dengan menghadirkan program kemitraan ini, jadi justru semenjak pandemi program kemitraan itu meningkat banget,” jelasnya.

Ternyata Vincent sangat tertarik, jika dirinya berkesempatan mendapatkan Free pemakaian Kitchen dari Everplate. Menurutnya jika bekerjasama dengan Everplate maka usahanya akan terus berkembang lantaran bisa memanfaatkan berbagai fasilitas yang disediakan Everplate.

Lanjutnya menjelaskan, TAGAR merupakan sebuah brand yang menjual tahu garing sekaligus merupakan PELOPOR Tahu Garing isi sambal ijo, sambal matah dan isi sambal rica pertama di Indonesia.

Untuk harganya sendiri 1 tahu Rp 1.500 untuk rasa yang original, sementara untuk tahu isian harganya Rp 2.500 per tahu. Untuk 1 porsi isi 4 tahu Rp 6.000, isi 8 Rp 12.000, dan isi 12 harganya Rp 18.000.

Sehingga dalam sehari ia mampu meraih omzet Rp 500-600 ribu untuk setiap gerai Tagar, lalu dalam sebulan ia mampu mengantongi omzet Rp 15 juta.

Kendati begitu, bagi yang tertarik membuka usaha Tagar Vincent  membuka lebar kemitraan dengannya. Ia pun menjamin yang bermitra menjual Tagar akan bisa balik modal sekitar 3,5 tahun. “Kita proyeksikan bisa balik modal dalam waktu 3,5 bulan,” katanya.

Untuk bermitra bisa menghubungi nomor berikut 081511088116. Nanti pihak Tagar akan mengirimkan proposalnya dan calon mitra bisa mempelajari dahulu, kalau memang tertarik mereka bisa mengajukan lokasi jualan, agar tidak dekat dengan Tagar lainnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Selama Masa Pandemi

Adapun selama pandemi corona covid-19, pihaknya menerapkan protokol Kesehatan sebagaimana arahan dari Pemerintah. Untuk pegawainya saja yang akan menggoreng tahu selalu di cek suhu tubuhnya dan menggunakan masker, serta hand sanitizer.

Tak hanya itu saja, di setiap gerai juga disediakan handsanitizer untuk pembeli. Meskipun sistem pembeliannya tidak mewajibkan pembeli makan ditempat, tapi menurutnya protokol Kesehatan tetap harus diterapkan.

“Beli langsung bawa pulang tidak dimakan ditempat, kita juga menerapkan protokol Kesehatan sesuai anjuran Pemerintah, di setiap gerai menyediakan hand sanitizer, dan yang berjualan di cek suhunya, diwajibkan pakai masker,” ujarnya.

Kata Vincent, pihaknya selalu giat melakukan digital marketing mempromosikan Tagar melalui media sosial dan menghadirkan berbagai promosi baik untuk sisi kemitraan dan konsumen.

Untuk mendapatkan bahan baku tahunya, Vincent membeli langsung dari supplier tahu lokal. Sehingga di setiap gerai Tagar di daerah masing-masing menggunakan tahu asal daerah tersebut, agar perekonomian pengrajin tahu juga berkembang. Dalam sehari di setiap gerai Tagar mampu menjual 2500-3000 tahu.

“Kita mengambil tahu dari pengrajin lokal. Misalnya di Palembang kita carikan pengrajin tahunya untuk kemitraan di Palembang, jadi kita kembangkan juga ekonomi di sana,” ujarnya.

Demikian Vincent berpesan kepada generasi cuan di luar sana yang akan dan sedang berbisnis, agar tetap konsisten dan pantang menyerah.

“Tetap harus konsisten dan jangan nyerah, aku pas mulai pun mengalami down dan hampir menyerah, pada saat itu benar-benar harus konsisten,” pungkasnya.

 

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati
Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya