Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) ke level tertinggi baru dalam 13 bulan setelah data pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan produksi minyak mentah setelah pembekuan produksi minggu lalu.
Dikutip dari CNBC, Kamis (25/2/2021), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,37 atau 2,1 persen menjadi USD 66,74 per barel. Brent mencapai level USD 67,30 per barel, tertinggi sejak 8 Januari 2020.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,27 atau 2,1 persen menjadi USD 62,94 per barel. WTI mencapai level USD 63,37, tertinggi sejak 8 Januari 2020.
Advertisement
Produksi minyak mentah AS turun minggu lalu lebih dari 1 juta barel per hari selama badai musim dingin yang langka di Texas, sama dengan penurunan mingguan terbesar yang pernah ada, kata Administrasi Informasi Energi. Input minyak mentah kilang turun ke level terendah sejak September 2008 karena pembekuan tersebut mematikan listrik hingga jutaan.
“Jika Anda mendapatkan penurunan seperti itu dalam satu minggu produksi EIA, Anda kemungkinan besar akan mendapatkan lebih banyak setelah itu,” kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures, Chicago.
“Ada kekhawatiran bahwa ini akan menjadi penurunan produksi permanen jangka panjang," lanjut dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Minyak Menguat
Lalu lintas di alur kapal Houston perlahan-lahan kembali normal tetapi terminal masih menghadapi beberapa masalah. Setelah hampir seperempat kapasitas penyulingan nasional menganggur karena pembekuan, penyulingan juga mulai kembali online minggu ini.
Reli tersebut melanjutkan pergerakan minyak yang stabil ke tingkat yang tidak terlihat sejak sebelum pandemi Covid-19 karena peningkatan distribusi vaksin dan perkiraan untuk permintaan baru.
Harga minyak telah menguat sekitar 30 persen sejak awal tahun, didorong juga oleh pemotongan pasokan yang sedang berlangsung oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+.
Beberapa investor telah menumpuk kontrak opsi minyak AS USD 100 karena minat terhadap komoditas karena lindung nilai terhadap tekanan inflasi meningkat, kata sumber industri.
Advertisement