Liputan6.com, Jakarta Buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KPSI) akan menggelar aksi solidaritas untuk Palestina, Selasa (18/5/2021).
Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan, untuk di wilayah DKI Jakarta, aksi akan dipusatkan di Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat atau Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Aksi akan dilakukan dengan cara damai santun dan terukur, wajib mengikuti protokol kesehatan. Artinya wajib rapid tes antigen, pakai masker, menjaga jarak," ujar Said dalam konferensi pers KSPI, Minggu (16/5/2021).
Advertisement
Said menegaskan, pada prinsipnya, seluruh peserta aksi KSPI akan berkoordinasi mengikuti arahan petugas kepolisian dan satgas Covid-19. Lanjutnya, aksi ini akan diikuti ribuan buruh.
"Anggota KSPI beranggotakan 5 ribu pabrik lebih di 30 provinsi. Kalau saja setiap pabrik mengirimkan orang pada hari Selasa 18 Mei nanti, 5 orang saja, kalikan 5 ribu hampir 25 ribu orang akan ikut aksi itu," katanya.
Said menegaskan, tuntutan aksi dari buruh hanya satu, yaitu meminta agar agresi militer Israel ke Palestina khususnya di jalur Gaza dihentikan segera. "Tarik tentara militer Israel dari masjidil al-aqsa," tandas Said.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indonesia, Malaysia Desak DK PBB Setop Kekerasan Israel terhadap Palestina
Malaysia dan Indonesia pada Sabtu 15 Mei 2021 menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk bertindak dan menghentikan serangan Israel terhadap Gaza, menyusul konflik antara pasukan Israel dan militan Palestina yang kian berkecamuk.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan bahwa dalam percakapan telepon dengan Presiden Indonesia Joko Widodo, kedua pemimpin sepakat bahwa "tindakan tercela" Israel harus segera dihentikan.
"Kami memiliki pandangan serupa bahwa komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, harus bertindak cepat untuk menghentikan semua bentuk kekerasan yang dilakukan oleh Israel, dan menyelamatkan nyawa warga Palestina," kata Muhyiddin dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi.
"Sampai saat ini, Dewan Keamanan PBB belum mengeluarkan pernyataan apa pun tentang situasi saat ini di Palestina karena oposisi dari Amerika Serikat," katanya seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (16/5/2021).
Malaysia telah lama menjadi pendukung Palestina, mendorong solusi dua negara berdasarkan perbatasan pra-1967.
Dewan Keamanan akan secara terbuka membahas memburuknya kekerasan pada hari Minggu, kata para diplomat minggu ini.
Dewan yang beranggotakan 15 orang telah bertemu secara pribadi minggu ini tentang permusuhan terburuk di wilayah itu dalam beberapa tahun, tetapi sejauh ini tidak dapat menyetujui pernyataan publik, kata para diplomat.
Setidaknya 136 orang, termasuk 34 anak-anak dan 21 wanita, telah tewas di Gaza sejak pertempuran pecah pada Senin 10 Mei 2021, menurut pejabat medis Palestina.
Israel telah melaporkan delapan orang tewas, termasuk seorang tentara di perbatasan Gaza dan enam warga sipil, dua di antaranya anak-anak.
Di Tepi Barat yang diduduki, warga Palestina telah melaporkan 11 tewas setelah demonstran akibat bentrok dengan pasukan Israel.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta agresi yang dilakukan Israel ke Palestina segera dihentikan. Pasalnya, agresi tersebut hingga kini telah menimbulkan ratusan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak.
"Indonesia mengutuk serangan Israel yang telah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak. Agresi Israel harus dihentikan," ujar Jokowi di akun Twitter resminya @jokowi, sebagaimana dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Sabtu (15/5/2021).
Perkembangan situasi di Palestina merupakan salah satu isu global yang terus menjadi perhatian Jokowi. Dalam beberapa hari terakhir, dia intens berkomunikasi dengan sejumlah pemimpin dunia.
Mereka membahas soal kondisi warga Palestina di Jalur Gaza. Selain itu, Jokowi bersama pemimpin negara membicarakan soal tindak lanjut ASEAN Leaders' Meeting hingga perkembangan situasi di Afghanistan.
"Dalam beberapa hari terakhir ini saya telah berbicara dengan Presiden Turki, Yang Dipertuan Agong Malaysia, PM Singapura, Presiden Afghanistan, Sultan Brunei Darrusalam, dan PM Malaysia," katanya.
Advertisement