Harga Kedelai Mulai Turun, Importir akan Pasok 5.000 Ton per Bulan

Pemerintah meminta importir untuk menyesuaikan harga kedelai impor agar tetap stabil demi membantu para perajin tahu dan tempe bisa terus berproduksi.

oleh Tira Santia diperbarui 31 Mei 2021, 15:46 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2021, 15:46 WIB
Perajin tempe
Ayep (63), perajin tempe tengah mengolah kedelai di Komplek Kopti RT 02 RW 10, Kelurahan Margahayu Utara, Kecamatan Babakan Ciparay, Kamis (31/12/2020). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan distribusi kedelai terus dilakukan demi menghindari kelangkaan stok. Importir akan mendistribusikan kedelai sekitar 5.000 ton per bulan untuk memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe dalam 3 bulan mendatang.

  “Kerja sama penyaluran kedelai ini diharapkan akan jadi momentum bagi kebangkitan gairah pengrajin tahu tempe nasional untuk terus berproduksi. Sehingga, masyarakat masih akan terus mendapatkan tahu dan tempe sebagai sumber protein dengan harga terjangkau,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, di Jakarta, Senin (31/5/2021).

Harga kedelai dunia turun pada akhir minggu terakhir Mei 2021. Terkait ini, pemerintah meminta importir untuk menyesuaikan harga kedelai impor agar tetap stabil demi membantu para perajin tahu dan tempe bisa terus berproduksi.

“Harga kedelai dunia sudah mengalami penurunan. Kami minta dukungan para pelaku usaha, khususnya importir kedelai untuk menjaga harga kedelai impor agar harga tahu dan tempe di tingkat pengrajin tetap stabil,” ujarnya.

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai mulai menunjukkan tren penurunan. Pada minggu keempat Mei 2021, harga kedelai berada di kisaran USD 15,04/bushels atau Rp 9.220/kg landed price, turun 5,1 persen dari minggu sebelumnya yaitu USD 15,86/bushels atau Rp9.604/kg landed price.

Menurut Oke, penurunan harga kedelai dunia diharapkan terus berlanjut karena beberapa negara produsen telah memasuki masa panen.

Meskipun mulai terjadi penurunan harga, namun harga kedelai dunia masih cukup tinggi. Hal ini akan berdampak pada penyesuaian sementara harga tahu dan tempe sebesar 10—15 persen.

Saksikan Video Ini


Dipantau Kemendag

Perajin Tahu Kembali Berproduksi
Pekerja menuang kedelai rebus saat proses pembuatan tahu di Jakarta, Senin (4/1/2021). Setelah melakukan mogok produksi selama 1 hingga 3 Januari 2021 akibat naiknya harga kacang kedelei impor, kini para perajin tahu mulai kembali beroperasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, penurunan harga kedelai dunia, kata Oke akan berdampak baik terhadap produksi tahu dan tempe nasional.

"Kami berharap adanya penurunan harga kedelai dunia dapat disikapi secara positif oleh para pelaku usaha kedelai dalam negeri baik importir, distributor, maupun pengrajin tahu dan tempe. Hal itu dilakukan untuk menjaga kelangsungan usaha tahu dan tempe nasional,” jelasnya.

Demikian, Kementerian Perdagangan secara periodik akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan maupun kenaikan harga.

Langkah tersebut guna memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe dan di pasar wajar terkendali.

“Kami menghimbau pada para importIr untuk memastikan dan tetap menyalurkan stok kedelai secara rutin kepada seluruh pengrajin tahu dan tempe, termasuk anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) di Puskopti provinsi maupun kabupaten/kota,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya