Optimasi Lahan Rawa di Lampung Selatan Dorong Petani Semakin Produktif

Kementerian Pertanian terus menggulirkan program pembangunan optimasi lahan rawa. Terbaru di Kabupaten Lampung Selatan.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 24 Jun 2021, 15:26 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2021, 15:26 WIB
Optimasi Lahan Rawa di Lampung Selatan Dorong Petani Semakin Produktif
Optimasi lahan rawa di Lampung Selatan.

Liputan6.com, Lampung Selatan Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggulirkan program pembangunan optimasi lahan rawa. Kali ini program tersebut direalisasikan untuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Setia Jaya di Desa Palas Jaya, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Tentu saja program tersebut digulirkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Lampung Selatan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjelaskan, program optimasi lahan rawa merupakan salah satu opsi untuk meningkatkan indeks pertanaman sawah lahan rawa di Indonesia, di samping untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.

"Optimasi lahan rawa ini sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional yaitu menyediakan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor," kata Mentan SYL.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menuturkan, program optimasi lahan rawa tak hanya meningkatkan indeks pertanaman  dan produktivitas lahan sawah rawa, tetapi juga menaikkan taraf kesejahteraan petani. 

Ali meyakini potensi peningkatan produktivitas pertanian melalui optimasi lahan rawa bukan hal tak mungkin. Menurut Ali, Indonesia memiliki lahan sawah rawa eksisting seluas 1,5 juta hektar yang berpotensi untuk dioptimalkan pemanfaatannya. 

Jika potensi itu dikembangkan, maka peningkatan produktivitas bukan hal mustahil untuk diwujudkan. 

"Memang ada beberapa kendala yang dihadapi untuk merealisasikan program optimasi lahan rawa tersebut," papar dia.

 

Kendala yang Dihadapi

Kendala itu di antaranya adalah tingkat kesuburan lahan yang rendah, kemasaman tanah yang tinggi, rezim air yang fluktuatif sehingga genangan air biasanya tinggi pada saat banjir/pasang, serta dangkal dan mengalami kekeringan pada saat musim kemarau.

"Selain itu, kendala lain yang dihadapi adalah infrastruktur lahan dan air yang masih sangat terbatas dan belum berfungsi dengan optimal," ulas dia.

Kendala lain adalah rendahnya produktivitas tanaman di daerah rawa, yang disebabkan oleh kurangnya suplai air ke sawah dan pupuk dolomit untuk menyuburkan lahan.

Namun, kata dia, hal itu bisa kita atasi dengan teknologi, pupuk yang bagus dan mekanisasi pertanian, maka lahan rawa dapat dimaksimal dengan sistem yang lebih baik.

"Diperlukan upaya optimasi lahan pertanian di lahan rawa dengan mengoptimalkan pertanian di lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif. Caranya adalah melalui penataan sistem tata air dan penataan lahan," ungkap Ali.

Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan, Erwin Noorwibowo menerangkan, program optimasi lahan rawa untuk Gapoktan Setia Jaya direalisasikan untuk lahan seluas 105 hektar. Telah dibuat perbaikan saluran irigasi tersier dengan panjang 5.912 meter, lebar 1.2 meter dengan kedalaman 0.7 meter. 

"Selain itu juga dibangun pintu air dengan panjang 2 meter, lebar 0.9 meter sebagai bagian dari tata air," papar dia.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya