Program PEN, Langkah Negara Ambil Alih Tanggung Jawab Perekonomian Saat Pandemi

Pemerintah terus memperkuat stimulus ekonomi kepada pelaku UMKM dan industri, salah satunya lewat PEN.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Jun 2021, 21:42 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2021, 21:42 WIB
Hingga Juni, Realisasi Anggaran PEN 2021 Masih Rendah
Penjahit menyelesaikan jahitan di kawasan Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (12/06/2021). Berdasarkan data Kemenko Perekonomian per 8 Juni 2021, presentase realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 masih cukup rendah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Tak hanya sektor kesehatan, pandemi Covid-19 juga berefek terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Di sini, pemerintah hadir melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) demi menstimulasi perekonomian nasional, mempertahankan daya beli masyarakat, serta menyokong sektor perekonomian penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) seperti sektor UMKM dan lainnya.

Yustinus Prastowo, Staf Khusus Kementerian Keuangan menyampaikan tren perekonomian Indonesia sudah menunjukkan ke arah kebijakan yang tepat.

“Saat ini kita fokus dengan penanganan kesehatan dan di saat bersamaan mengatasi dampak sosial ekonomi akibat COVID-19. Di saat seperti ini, negara hadir mengambil alih sebagian besar tanggung jawab perekonomian dengan meluncurkan berbagai stimulus ekonomi,” ujarnya dalam Dialog Produktif KPCPEN yang disiarkan di FMB9ID_IKP, Rabu (30/6/2021).

Masih menurut Yustinus, pemerintah terus memperkuat stimulus ekonomi kepada pelaku UMKM dan industri, juga memperkuat perekonomian masyarakat kelas menengah ke bawah dengan menggelontorkan jaring pengaman sosial dengan beragam skema dan saluran.

“Sektor yang masih bisa bergeliat, kami fasilitasi. Sedangkan sektor yang terdampak berat, kita beri dukungan,” ujar Yustinus.

Teddy Yulianto, pengusaha pemilik Cut The Crub, mengakui di saat pandemi, pemerintah hadir di tengah situasi sulit.

Bantuan program PEN yang sempat dirasakannya berbentuk bantuan langsung tunai (BLT) BPJS yang turut membantu karyawan Cut The Crab yang berpenghasilan di bawah Rp5 juta.

“Dari sisi bantuan pemerintah, karyawan pun sudah mendapatkan dukungan positif,” terangnya.“Meski terdampak pandemi, dengan manajemen keuangan yang baik di masa pandemi, pelaku usaha makanan minuman seperti kami masih cukup bisa menjaga arus kas sampai punya ruang untuk membuka cabang,” tambah Teddy lebih lanjut.

Yustinus sependapat dengan Teddy. Dia mengatakan jika yang mampu beradaptasi dengan baik, merekalah yang akan bertahan.

"Negara juga melakukan hal yang sama, sehingga anggaran belanja negara kita realokasi dan fokuskan ulang untuk anggaran penanganan COVID-19. Sebanyak 40 Juta KK atau sekitar 120-140 juta jiwa di seluruh Indonesia saat ini sudah mendapatkan jaring pengaman sosial dengan beragam skema,” terang Yustinus.

 

Banyak Digelontorkan ke Masyarakat

Hingga Juni, Realisasi Anggaran PEN 2021 Masih Rendah
Penjahit menunggu pelanggan di kawasan Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (12/06/2021). Presentase realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 masih cukup rendah yakni mencapai 31,2 persen atau sekitar Rp218 triliun dari total pagu Rp699,43 triliun. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Untuk program PEN, kata Yustinus, sudah banyak digelontorkan kepada masyarakat. “Untuk bantuan produktif bagi UMKM berupa modal, subsidi bunga dan penundaan pembayaran kredit bisa menghubungi Kementerian Koperasi dan UKM, lembaga keuangan seperti Pegadaian, bank-bank BUMN, dan lain-lain.

Kemudian untuk intensif perpajakan bisa menghubungi Ditjen Pajak Kemenkeu, sedangkan bantuan-bantuan lain tersebar di berbagai kementerian dan lembaga lainnya,” jelas Yustinus.

Selaku Perencana Keuangan, Rista Zwestika, mengajak masyarakat dan pelaku usaha untuk mengambil sisi positif di masa pandemi seperti ini.

“Sisi positif yang bisa kita ambil dari pandemi COVID-19 ini adalah kita dibangunkan dari zona nyaman karena adanya risiko yang harus kita hadapi. Sehingga merencanakan keuangan pribadi maupun keuangan bisnis menjadi sangat diperlukan,” ujar Rista.

Rista menganjurkan, untuk saat ini, arus keuangan harus diurutkan sesuai skala prioritas demi memenuhi kewajiban pembayaran, belanja kebutuhan hidup, baru kemudian memenuhi keinginan.

“Di level selanjutnya, kita perlu merencanakan keuangan ini untuk memitigasi risiko yang akan terjadi, baik memberi perlindungan jiwa dan kesehatan kita. Dengan kondisi pandemi sekarang ini ketika banyak dari kita kehilangan pendapatan, cobalah mengatur kembali keuangan kita,” sarannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya