Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah turun pada penutupan perdagangan hari Senin (Selasa pagi waktu Jakarta. Penurunan ini melanjutkan yang telah terjadi pada pekan lalu.
Pendorong penurunan harga minyak adalah peningkatan kasus Covid-19 di beberapa negara yang mendorong kekhawatiran akan perlambatan permintaan.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (10/8/2021), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dari 4 persen dan sempat diperdagangkan di angka USD 65,15 per barel. Ini adalah harga terendah sejak Mei.
Advertisement
Harga minyak ini kemudian pulih di perdagangan sore dan akhirnya hanya melemah 2,64 persen ke level USD 66,48 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional menetap di USD 69,04 per barel. Angka ini turun 2,35 persen setelah mencapai level terendah di USD 67,60, per barel.
"Tantangan terbesar pada harga minyak tetap soal ketidakpastian seputar Covid-19 terutama varian delta yang telah membuat jumlah kasus harian tertinggi sejak awal 2021," kata Bank of America.
Pada pekan lalu, kedua kontrak minyak tersebut turun lebih dari 7 persen dan menjadikan pekan terburuk sejak Oktober. Penurunan tersebut terjadi di tengah kekhawatiran permintaan serta peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS.
The U.S. Energy Information Administration menyatakan bahwa stok minyak mentah naik 3,6 juta barel pada minggu sebelumnya. Sementara analis yang disurvei oleh FactSet memperkirakan penurunan 2,9 juta barel.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Data China
Data dari China juga membebani harga minyak mentah pada perdagangan Senin. Pertumbuhan ekspor China secara tak terduga melambat pada Juli, sementara impor naik 28,1 persen dari tahun sebelumnya. Ini di bawah perkiraan yang menyebutkan akan terjadi peningkatan 33 persen.
Analis Commerzbank menyebutkan, China yang merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia, mengimpor 9,7 juta barel per hari pada Juli. Sedangkan empat bulan sebelumnya secara berturut-turut juga mengimpor di bawah 10 juta barel per hari.
"Penurunan harga berlanjut pada Senin di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang permintaan lagi," tulis Commerzbank dalam sebuah catatan kepada klien.
“Pelaku pasar mengamati meningkatnya angka virus corona di Asia dengan kekhawatiran yang cukup besar, karena ini dapat mendorong pemerintah China untuk mengambil tindakan drastis sejalan dengan strategi nol Covid yang ketat.”
Advertisement