Liputan6.com, Jakarta Saat pandemi, rata-rata rumah sakit di Jepang hanya berfokus pada penanganan COVID-19. Ini membuat kelompok lanjut usia harus pergi ke panti jompo untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai.
Namun kondisi ini memberikan keuntungan bagi seseorang. Melansir dari Forbes, Rabu (18/8/2021), salah satu perusahaan perawatan residensial, Amvis Holdings Inc., mencatat bahwa nilai sahamnya telah meningkat dua kali lipat sejak Agustus 2020 lalu.
Baca Juga
Hal ini pun membuat Keiichi Shibahara sebagai pendiri dan CEO menjadi seorang miliarder baru. Amvis merupakan perusahaan perawatan untuk pasien dengan penyakit permanen atau yang membutuhkan perawatan rumah sakit.
Advertisement
Setelah 8 tahun bekerja di bidang ini, sejak pandemi pendapatan yang dikantongi Amvis hampir mencapai USD 90 juta atau senilai Rp 1,29 triliun per September 2020.
Saat ini, perusahaan miliknya telah mengoperasikan 41 panti jompo swasta di seluruh Jepang dan 11 lainnya masih proses pembangunan.
Shibahara mendirikan model bisnis rumah sakit yang pertama di Jepang dan telah menunjukkan hasil yang signifikan.
“Model bisnis rumah sakit ini telah berkembang pesat dan menjadi perusahaan terkemuka di industri perawatan kesehatan rumah dan perawatan,” tutur Shibahara.
Mengisi Keresahan dengan Inovasi
Setelah mendirikan perusahaan pada 2013, tidak lama pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan perawatan yang berbasis di rumah saja agar orang-orang dengan penyakit kronis/disabilitas dapat menerima perawatan di rumah dan mengurangi beban rumah sakit.
Hal tersebut tentunya menjadi batu loncatan yang baru bagi perusahaan agar bisa mengisi keresahan tersebut lewat inovasi perusahaan yang sedang dikembangkan.
Sementara itu, mengutip laman Japan Times, jumlah populasi lansia di Jepang ternyata paling tertinggi di dunia dengan sebanyak 28,7 persen dari total populasi negara.
Namun, kebijakan tersebut membuat sebagian pasien rumah sakit harus dipulangkan ke rumah masing-masing dengan alasan rumah sakit sedang sibuk mengurusi dan menangani pasien yang terkena COVID-19. Tak heran apabila pasien yang dipulangkan akhirnya dialihkan ke Amvis untuk ditangani.
Awal Agustus ini, terjadi lonjakan kasus COVID-19 di Jepang sehingga Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan kebijakan baru agar rawat inap pasien COVID-19 dibatasi dan benar-benar hanya memprioritaskan kasus yang bergejala berat.
Memanfaatkan peluang dengan baik, inovasi ini menghasilkan peningkatan penjualan lebih dari 71 persen menjadi Rp1,19 triliun dari tahun sebelumnya, sedangkan laba yang didapatkan berlipat ganda menjadi Rp158 miliar.
Advertisement
Dari Peneliti Menjadi Pengusaha
Shibahara lahir di kota Nagoya, Jepang tengah. Pendidikan yang ditempuh sedikit berbeda dari usaha yang ia kembangkan sekarang, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Nagoya dan menerima lisensi resmi untuk praktek medisnya.
Kemudian, ia kembali menempuh studinya di Sekolah Pascasarjana Kedokteran Universitas Kyoto dan mengambil spesialis biologi molekuler.
Sebelum membangun perusahaan panti jompo, ia sempat menjadi peneliti selama 20 tahun yang berfokus di bidang imunologi dan molekuler.
Berhenti menjadi seorang peneliti agar dapat berkontribusi lebih dengan perawatan kesehatan medis. Alasan tersebut yang menjadikannya mulai bekerja sebagai wirausahawan sosial yang menyediakan rumah sakit dan panti jompo.
“Debut saya sebagai wirausaha bukanlah yang awal,” tutupnya.
Reporter: Caroline Saskia