Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan bercerita pernah memimpikan pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2023 bisa mencapai USD 9.000. Namun, menurutnya hal itu akan sulit dicapai bahkan USD 6.000 pun tidak mungkin.
“Saya kira dulu 8 tahun yang lalu atau 7 tahun yang lalu, saya pernah memimpikan bahwa pada tahun 2023 nanti itu pendapatan per kapita rakyat Indonesia bisa mencapai USD 9.000 begitu nyatanya kan tidak mungkin bahkan USD 7000 juga tidak mungkin, USD 6000 juga tidak mungkin,” kata Dahlan Iskan dalam sambutannya di HUT LP3ES, Kamis (19/8/2021).
Kendati begitu, dia tetap optimis bahwa 25 tahun yang akan datang Indonesia bisa meningkatkan pendapatan per kapitanya. Tapi harus ada indikator dan parameter yang realistis untuk mencapai tujuan tersebut misalnya penentuan indikator itu bisa dilakukan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES).
Advertisement
“Bisa nggak kita kemajuan Indonesia itu dalam 25 tahun yang akan datang langsung kita tetapkan dan LP3ES yang menetapkan berdasarkan indikator dan parameter yang realistis, kira-kira 25 tahun yang akan datang pendapatan per kapita rakyat Indonesia berapa, dan itu harus kita capai dengan cara menghilangkan apapun hambatannya,” ujarnya.
Dia pun berandai jika 25 tahun yang akan datang pendapatan per kapita Indonesia diangka USD 20.000. Tapi untuk mencapai itu harus ada syarat yang harus dicapai terlebih dahulu, yaitu pendidikan yang memadai.
“Katakanlah 25 tahun yang akan datang pendapatan per kapita Indonesia harus USD 20.000 realistis atau mungkin USD 15.000, syaratnya apa untuk bisa mencapai angka yang kita tetapkan itu misalnya pendidikan tadi untuk sebuah negara yang pendapatan perkapitanya USD 20.000 pada tahun itu diperlukan pendidikan seperti apa sekarang ini,” jelasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pendapatan per Kapita
Menurutnya, mungkin untuk mencapai pendapatan per kapita tersebut diperlukan pendidikan yang berhubungan dengan teknologi dan sains, atau perlu memetakan terlebih dahulu pendidikan seperti apa yang bisa mendorong meningkatkan pendapatan per kapita di Indonesia.
“Jangan-jangan persentase penduduk kita sekarang ini yang berpendidikan teknologi pendidikan sains itu kecil sekali untuk sebuah persyaratan kemajuan yang kita tetapkan itu. Misalnya setelah dikaji LP3ES ternyata penduduk kita yang berpendidikan teknik itu hanya sekian persen, padahal persyaratan untuk sebuah negara maju harus sekian persen,” ujarnya.
Oleh karena itu harus ada perubahan jurusan-jurusan di universitas yang ada di Indonesia agar mengedepankan jurusan yang mendukung pendapatan per kapita di masa mendatang.
“Apa yang harus diubah mungkin jurusan-jurusan di Universitas kita jangan-jangan terlalu banyak jurusan ilmu sosial terutama ilmu agama. Kita kan sebaiknya memetakan pendidikan seperti apa yang kita perlukan, agar 25 tahun kedepan kita punya pendapatan perkapita USD 20.000,” pungkasnya.
Advertisement