Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menguat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada Kamis, 30 Januari 2025. Kenaikan harga emas dipicu oleh permintaan aset safe haven akibat ancaman tarif Amerika Serikat (AS).
Harga emas spot naik 1,4% YoY ke level USD 2.796/oz pada Kamis, didorong oleh permintaan safe haven akibat ketidakpastian geopolitik dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global di tengah rencana ancaman tarif impor dari Presiden AS, Donald Trump.
Advertisement
Baca Juga
Pada awal pekan ini, Trump menyebut pihaknya kemungkinan akan mulai menerapkan tarif impor 25% terhadap Meksiko dan Kanada per Sabtu 1 Februari 2025, bersamaan dengan dimulainya tarif impor sebesar 10% untuk China.
Advertisement
Kebijakan tersebut dianggap dapat memicu inflasi kembali naik dan berpotensi memicu perang dagang, sehingga meningkatkan permintaan emas yang dipercaya sebagai nilai lindung terhadap tekanan harga dan ketidakpastian geopolitik.
"Penguatan harga emas menjadi katalis positif bagi emiten produsen emas – seperti BRMS, PSAB, MDKA, ANTM dan ARCI, karena berpotensi meningkatkan harga jual rata-rata (ASP) dan margin laba perseroan," ulas Analis Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, Jumat (31/1/2025).
Di samping itu, pasar juga fokus tertuju pada laporan inflasi penting sebagai petunjuk tentang jalur kebijakan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
Data inflasi AS yang sesuai dengan perkiraan, yaitu 2,9% pada Desember (sebelumnya 2,7%), menambah optimisme pasar terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut di tahun 2025. Namun, laju inflasi produsen (PPI) AS pada Desember yang lebih rendah dari perkiraan, yakni 3,3% (ekspektasi 3,4%), menambah tekanan pada dolar dan meningkatkan daya tarik emas di mata pembeli internasional.
"Meski begitu, berkurangnya ketegangan geopolitik di beberapa wilayah berpotensi menurunkan status emas sebagai aset safe haven, yang dapat membatasi kenaikan harga lebih lanjut di masa depan," Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dan Hernanda Cahyo.
Rekomendasi Saham
Samuel Sekuritas tetap memperkirakan harga emas akan berada di kisaran USD 2.800 per ons hingga akhir tahun 2025, didorong oleh potensi peningkatan permintaan emas sebagai cadangan. Namun, jika The Fed memperlambat laju pemotongan suku bunga, hal ini bisa menahan kenaikan harga emas.
"Dari sisi saham, kami masih memilih BRMS sebagai rekomendasi utama, dengan target harga Rp 500 per saham, karena prospek pendapatannya yang kuat dan potensi pengembangan asetnya," tulis Farras Farhan dan Hernanda Cahyo.
Pada awal pekan ini, Gedung Putih menyatakan Presiden AS Donald Trump berencana memukul Meksiko dan Kanada dengan tarif tinggi pada Sabtu, 1 Februari 2025.
Donald Trump juga mempertimbangkan beberapa tarif terhadap China. Selain itu, dolar AS yang turun 0,2 persen juga membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Sementara, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun ke level terendah dalam lebih dari dua sebulan.
"Emas bersinar sebagai aset safe haven, dengan investor mencari perlindungan untuk menghadapi badai ketidakpastian,” ujar Head of Money and Markets Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter.
Advertisement
Investor Menanti Data Ekonomi AS
The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mempertahankan suku bunga pada Rabu waktu setempat. Hal ini sesuai dengan harapan. Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan tidak akan terburu-buru untuk memangkasnya lagi.
Selain itu, data menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS melambat pada kuartal keempat, tetapi analis perkirakan permintaan domestik yang kuat mungkin akan membuat the Fed tetap pada jalur pemangkasan suku bunga yang lambat. Investor sekarang menunggu laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS Desember pada Jumat pekan ini.
Asosiasi Pasar Emas London menuturkan, pasar emas AS telah diperdagangkan dengan premi sejak pemilihan presiden baru-baru ini. Asosiasi juga menambahkan telah berhubungan erat dengan CME Group dan otoritas AS untuk memantau tren ini. Sementara itu, harga perak di pasar spot naik 2,5 persen menjadi USD 31,56 per ounce.
"Menurut saya, pasar platinum dan paladium mengalami lonjakan minat beli dari pasar emas dan perak yang sedang naik, dan itulah terutama mendorong pasar tersebut naik,” Wyckoff menambahkan. Harga platinum naik 2,5 persen menjadi USD 970,15, dan paladium bertambah 2,6 persen menjadi USD 987,25.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.