Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan menargetkan pelaksanaan vaksinasi sebanyak 2,5 juta suntikan perhari yang disuntik vaksin. Hingga 31 Agustus 2021, tercatat telah ada 106.019.588 suntikan telah dilakukan di seluruh Indonesia.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono mengatakan kendati demikian, laju vaksinasi harus terus ditingkatkan guna mencapai target 2,5 juta suntikkan perhari. Rinciannya, 1,5 juta suntikan dilakukan di wilayah Jawa-Bali, dan 1 juta suntikan di luar Jawa-Bali.
Baca Juga
Kemudian, Dinas Kesehatan Provinsi perlu mempercepat laju distribusi dari provinsi ke kabupaten atau kota mengikuti laju pengiriman pusat, terutama bagi kabupaten atau kota yang mudah di jangkau.
Advertisement
“Tentu ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, kegiatannya bukan lagi kegiatan program vaksinasi pemerinta, tapi gerakan vaksinasi secara nasional,” katanya dalam Konferensi Pers PPKM, Senin (6/9/2021).
Ia menambahkan dengan mengubah diksi menjadi gerakan, maka kegiatan vaksinasi ini akan jadi tanggung jawab TNI/Polri, Kementerian Koperasi dan UKM, BIN, BKKBN, OJK, dan Swasta untuk perecepatan vaksinasi di wilayah aglomerasi.
Kemudian, pemerintah dipimpin Sekda melakukan koordinasi lintas sektor untuk percepatan vaksinasi di wilayahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dukungan PON XX
Lebih lanjut, Wamenkes Dante mengatakan dalam mendukung gelaran PON XX 2021 di Papua, Kemenkes telah melakukan beberapa upaya. Pertama, mendistribusikan delapan ambulans ke empat klaster, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Mimika.
“dengan mempersiapkan 420 tenaga medis, sistem rujukan dan ambulans dan melakukan serangkaian kegiatan vaksinasi, jadi vaksinasi yang sudah dilakukan di beberapa daerah memerlukan vaksinasi yang lebih optimal,” paparnya.
Daerah yang perlu ditingkatkan laju vaksinasinya diantaranya adalah Kota Jayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Kaerom.
“Kesimpulannya, secara keseluruhan bahwa situasi pandemi belajar dari beberapa negara, kita harus tetap waspada dan hati-hati karena protokol kesehatan tetap tak boleh abai, ini merupakan salah satu yang menentukan apakan kasus ini akan meningkat di masa yang akan datang, dan kita akan berhadapan terus,” tutupnya.
Advertisement
Ketersediaan Obat
Di sisi lain, Wamenkes Dante juga menyoroti tentang ketersediaan obat di rumah sakit, pelayanan kesehatan, dan apotek secara umum. Ia berharap ketersediaan obat bisa dipantau secara online dan kondisinya baik.
Guna memastikan pemerataan stok obat di daerah, Wamenkes menjalankan tiga strategi. Pertama, pemerintah pusat, daerah, dan pedagang besar farmasi, serta apotek perlu melakukan pemantauan ketersediaan obat secara periodik.
Kedua, mendorong pemerintah daerah dan fasyankes untuk melakukan pembelian obat melalui APBD. Dan pemantauan obat secara online melalui situs yang disediakan.
“Kami evaluasi memang ketersediaan obat secara nasional sudah mencukupi, untuk pembelian rumah sakit bisa melakukan pembelian melalui situs ini (pbf.binfar.kemkes.go.id/data_ stok) dan apotek dalam melalui farmaplus.kemkes.go.id,” tuturnya.
Selain obat, yang menjadi perhatian Wamenkes Dante juga terkait ketersediaan oksigen. Ia mengatakan, sebelum adanya pandemi kebutuhan oksigen sebesar 400 ton sehari, sementara saat tinggi kasus covid-19 tercatat dibutuhkan sebanyak 2.725 ton dalam sehari, padahal produksi oksigen kapasitas nasional hanya 1.700 ton per hari.
“artinya kita kita membutuhkan oksigen, yang (saat itu) kondisinya sangat kurang sekali, karena itu kita melakukan berbagai macam modifikasi di saat sekarang,” katanya.
Antara lain, dengan mengadakan oksigen konsentrator di beberapa rumah sakit dan dengan melakukan pemasangan oksigen generator. Targetnya Wamenkes Dante mengatakan alat yang bisa produksi oksigen tersebut untuk bisa terpasang di seluruh provinsi di indonesia.
“Saat ini sudah terpasang 133 generator oksigen, dan kita harapkan 50 lagi akan terpasang di akhir tahun 2021, sehingga semua provinsi di Indonesia memiliki oksigen generator, sehingga terjadi peningkatan kasus yang membutuhkan oksigen lebih banyak maka akan tidak tergantung suplai dari pusat lagi,” terangnya.